Pages

allow...

Selamat Datang Di Blog Chindhy Semoga Materi Yang Ada Pada Blog Ini Bisa Berguna Bagi Anda.....

it's me....:P

it's me....:P

Kamis, 25 November 2010

Be urself

Seseorang mulai berjualan ikan segar di pasar. Ia memasang papan pengumuman bertuliskan : “DISINI JUAL IKAN SEGAR”. Tidak lama kemudian datanglah seorang
pengunjung yang menanyakan tentang tulisannya.

“Mengapa kau tuliskan kata : DISINI ? Bukankah semua orang sudah tahu kalau kau berjualan DISINI, bukan DISANA ?”

“Benar juga !” pikir si penjual ikan, lalu dihapusnya kata “DISINI” dan tinggallah tulisan “JUAL IKAN SEGAR”.

Tidak lama kemudian datang pengunjung kedua yang juga menanyakan tulisannya. “Mengapa kau pakai kata SEGAR ? Bukankah semua orang sudah tahu kalau yang kau jual adalah ikan segar, bukan ikan busuk ?

“Benar juga” pikir si penjual ikan, lalu dihapusnya kata “SEGAR” dan tinggallah tulisan “JUAL IKAN”.

Sesaat kemudian datanglah pengunjung ke tiga yang juga menanyakan tulisannya : “Mengapa kau tulis kata JUAL ? Bukankah semua orang sudah tahu kalau ikan ini untuk dijual, bukan dipamerkan ?

Benar juga pikir si penjual ikan, lalu dihapusnya kata JUAL dan tinggallah tulisan “IKAN”.

Selang beberapa waktu kemudian, datang pengunjung ke 4, yang juga menanyakan tulisannya : “Mengapa kau tulis kata IKAN ? Bukankah semua orang sudah tahu kalau ini Ikan bukan Daging ?

“Benar juga” pikir si penjual ikan, lalu diturunkannya papan pengumuman itu.

RENUNGAN :

Bila kita ingin memuaskan semua orang, kita tidak akan mendapatkan apa – apa. BE YOURSELF !

Selasa, 23 November 2010

Penantian Seorang Anak

Dua puluh tahun yang lalu saya melahirkan seorang anak laki-laki,
wajahnya lumayan tampan namun terlihat agak bodoh. Sam, suamiku,
memberinya nama Eric. Semakin lama semakin nampak jelas bahwa anak ini
memang agak terbelakang. Saya berniat memberikannya kepada orang lain
saja.

Namun Sam mencegah niat buruk itu. Akhirnya terpaksa saya
membesarkannya juga. Di tahun kedua setelah Eric dilahirkan saya pun
melahirkan kembali seorang anak perempuan yang cantik mungil. Saya
menamainya Angelica. Saya sangat menyayangi Angelica, demikian juga
Sam. Seringkali kami mengajaknya pergi ke taman hiburan dan
membelikannya pakaian anak-anak yang indah-indah.

Namun tidak demikian halnya dengan Eric. Ia hanya memiliki beberapa
stel pakaian butut. Sam berniat membelikannya, namun saya selalu
melarangnya dengan dalih penghematan uang keluarga. Sam selalu
menuruti perkataan saya. Saat usia Angelica 2 tahun, Sam meninggal
dunia. Eric sudah berumur 4 tahun kala itu. Keluarga kami menjadi
semakin miskin dengan hutang yang semakin menumpuk. Akhirnya saya
mengambil tindakan yang akan membuat saya menyesal seumur hidup. Saya
pergi meninggalkan kampung kelahiran saya beserta Angelica. Eric yang
sedang tertidur lelap saya tinggalkan begitu saja. Kemudian saya
tinggal di sebuah gubuk setelah rumah kami laku terjual untuk membayar
hutang. Setahun, 2 tahun, 5 tahun, 10 tahun.. telah berlalu sejak
kejadian itu.

Saya telah menikah kembali dengan Brad, seorang pria dewasa. Usia
Pernikahan kami telah menginjak tahun kelima. Berkat Brad, sifat-sifat
buruk saya yang semula pemarah, egois, dan tinggi hati, berubah
sedikit demi sedikit menjadi lebih sabar dan penyayang. Angelica telah
berumur 12 tahun dan kami menyekolahkan dia di asrama putri sekolah
perawatan. Tidak ada lagi yang ingat tentang Eric dan tidak ada lagi
yang mengingatnya.

Tiba-tiba terlintas kembali kisah ironis yang terjadi dulu seperti
sebuah film yang diputar dikepala saya. Baru sekarang saya menyadari
betapa jahatnya perbuatan saya dulu.tiba-tiba bayangan Eric melintas
kembali di pikiran saya. Ya Eric, Mommy akan menjemputmu Eric. Sore
itu saya memarkir mobil biru saya di samping sebuah gubuk, dan Brad
dengan pandangan heran menatap saya dari samping. “Mary, apa yang
sebenarnya terjadi?”

“Oh, Brad, kau pasti akan membenciku setelah saya menceritakan hal
yang telah saya lakukan dulu.” aku menceritakannya juga dengan
terisak-isak. Ternyata Tuhan sungguh baik kepada saya. Ia telah
memberikan suami yang begitu baik dan penuh pengertian. Setelah tangis
saya reda, saya keluar dari mobil diikuti oleh Brad dari belakang.
Mata saya menatap lekat pada gubuk yang terbentang dua meter dari
hadapan saya. Saya mulai teringat betapa gubuk itu pernah saya
tinggali beberapa bulan lamanya dan Eric.. Eric…

Namun saya tidak menemukan siapapun juga di dalamnya. Hanya ada
sepotong kain butut tergeletak di lantai tanah. Saya mengambil seraya
mengamatinya dengan seksama… Mata mulai berkaca-kaca, saya mengenali
potongan kain tersebut sebagai bekas baju butut yang dulu dikenakan
Eric sehari-harinya. Saya sempat kaget sebab suasana saat itu gelap
sekali. Kemudian terlihatlah wajah orang itu yang demikian kotor.
Ternyata ia seorang wanita tua. Kembali saya tersentak kaget manakala
ia tiba-tiba menegur saya dengan suaranya yang parau.

“Heii…! Siapa kamu?! Mau apa kau kemari?!”

Dengan memberanikan diri, saya pun bertanya, “Ibu, apa ibu kenal
dengan seorang anak bernama Eric yang dulu tinggal di sini?”

Ia menjawab, “Kalau kamu ibunya, kamu sungguh tega, Tahukah kamu, 10
tahun yang lalu sejak kamu meninggalkannya di sini, Eric terus
menunggu ibunya dan memanggil, ‘Mommy…, mommy!’ Karena tidak tega,
saya terkadang memberinya makan dan mengajaknya tinggal Bersama saya.
Walaupun saya orang miskin dan hanya bekerja sebagai pemulung sampah,
namun saya tidak akan meninggalkan anak saya seperti itu! Tiga bulan
yang lalu Eric meninggalkan secarik kertas ini. Ia belajar menulis
setiap hari selama bertahun-tahun hanya untuk menulis ini untukmu…”

Saya pun membaca tulisan di kertas itu…

“Mommy, mengapa Mommy tidak pernah kembali lagi…? Mommy marah sama
Eric, ya? Mom, biarlah Eric yang pergi saja, tapi Mommy harus berjanji
kalau Mommy tidak akan marah lagi sama Eric. Bye, Mom…”

Saya menjerit histeris membaca surat itu. “Bu, tolong katakan…
katakan di mana ia sekarang? Saya berjanji akan meyayanginya sekarang!
Saya tidak akan meninggalkannya lagi, Bu! Tolong katakan..!!”

Brad memeluk tubuh saya yang bergetar keras.

“Nyonya, semua sudah terlambat. Sehari sebelum nyonya datang, Eric
telah meninggal dunia. Ia meninggal di belakang gubuk ini. Tubuhnya
sangat kurus, ia sangat lemah. Hanya demi menunggumu ia rela bertahan
di belakang gubuk ini tanpa ia berani masuk ke dalamnya. Ia takut
apabila Mommy-nya datang, Mommy-nya akan pergi lagi bila melihatnya
ada di dalam sana… Ia hanya berharap dapat melihat Mommy-nya dari
belakang gubuk ini… Meskipun hujan deras, dengan kondisinya yang
lemah ia terus bersikeras menunggu Nyonya di sana.”

Sabtu, 20 November 2010

Belajar dari burung dan cacing

Bila kita sedang mengalami kesulitan hidup karena himpitan kebutuhan materi maka cobalah kita ingat pada burung dan cacing.

Kita lihat burung tiap pagi keluar dari sarangnya untuk mencari makan. Tidak terbayang sebelumnya kemana dan dimana dia harus mencari makanan yang diperlukan.

Karena itu, kadangkala sore hari dia pulang dengan perut kenyang dan bisa membawa makanan buat keluarganya tetapi kadang makanan itu cuma cukup buat keluarganya, sementara dia harus "puasa".

Bahkan seringkali, dia pulang tanpa membawa apa – apa buat keluarganya sehingga dia dan keluarganya harus "berpuasa".

Meskipun burung lebih sering mengalami kekurangan makanan karena tidak punya "kantor" yang tetap apalagi setelah lahannya banyak yang diserobot manusia, namun yang jelas kita tidak pernah melihat ada burung yang berusaha untuk bunuh diri.

• Kita tidak pernah melihat ada burung yang tiba – tiba menukik membenturkan kepalanya ke batu cadas.

• Kita tidak pernah melihat ada burung yang tiba – tiba menenggelamkan diri ke sungai.


• Kita tidak pernah melihat ada burung yang memilih meminum racun untuk mengakhiri penderitaannya.

• Kita lihat burung tetap optimis menjalani hidupnya.

• Kita lihat, walaupun kelaparan, tiap pagi dia tetap berkicau dengan merdunya.

Tampaknya burung menyadari benar bahwa demikianlah hidup, suatu waktu berada diatas dan dilain waktu terhempas ke bawah.

Suatu waktu kelebihan dan di lain waktu kekurangan. Suatu waktu kekenyangan dan dilain waktu kelaparan.

Sekarang marilah kita lihat hewan yang lebih lemah dari burung yaitu cacing. Kalau kita perhatikan, binatang ini seolah – olah tidak mempunyai sarana yang layak untuk survive atau bertahan hidup.

Dia tidak mempunyai kaki, tangan, tanduk atau bahkan mungkin dia juga tidak mempunyai mata dan telinga. Tetapi dia adalah makhluk hidup juga dan sama dengan makhluk hidup lainnya, dia mempunyai perut yang apabila tidak diisi maka dia akan mati.

Tetapi kita lihat, dengan segala keterbatasannya, cacing tidak pernah putus asa dan frustasi untuk mencari makan.

Tidak pernah kita menyaksikan cacing yang membentur – benturkan kepalanya ke batu.

SEKARANG KITA LIHAT MANUSIA.

Kalau kita bandingkan dengan burung atau cacing maka sarana yang dimiliki manusia untuk mencari nafkah jauh lebih canggih. Tetapi kenapa manusia yang dibekali banyak kelebihan ini seringkali kalah dari burung atau cacing ?

Mengapa manusia banyak yang putus asa lalu bunuh diri menghadapi kesulitan yang dihadapi ?

Padahal rasa – rasanya belum pernah kita lihat cacing yang berusaha bunuh diri karena putus asa. Rupa – rupanya kita perlu banyak belajar banyak dari burung dan cacing.

Jumat, 19 November 2010

Penjara pikiran

Seekor belalang lama terkurung dalam satu kotak. Suatu hari ia berhasil keluar dari kotak yang mengurungnya, dengan gembira dia melompat – lompat menikmati kebebasannya.

Di perjalanan dia bertemu dengan belalang lain, namun dia heran mengapa belalang itu bisa lompat lebih tinggi dan lebih jauh darinya.

Dengan penasaran dia bertanya, : “Mengapa kau bisa melompat lebih tinggi dan lebih jauh dariku, padahal kita tidak jauh berbeda dari usia maupun ukuran tubuh ?”

Belalang itu menjawabnya dengan pertanyaan, : “Dimanakah kau tinggal selama ini ? Semua belalang yang hidup di alam bebas pasti bisa melakukan seperti yang aku lakukan”

Saat itu si belalang baru tersadar bahwa selama ini, kotak itulah yang telah membuat lompatannya tidak sejauh dan setinggi belalang lain yang hidup di alam bebas.

Sering kita sebagai manusia, tanpa sadar, pernah juga mengalami hal yang sama dengan belalang tersebut. Lingkungan yang buruk, hinaan, trauma masa lalu, kegagalan beruntun, perkataan teman,tradisi, dan semua itu membuat kita terpenjara dalam kotak semu yang mementahkan potensi kita.

Sering kita mempercayai mentah – mentah apa yang mereka voniskan kepada kita tanpa berpikir dalam bahwa apakah hal itu benar adanya atau benarkah kita selemah itu ? Lebih parah lagi, kita acap kali lebih memilih mempercayai mereka daripada mempercayai diri sendiri.

Tahukah Anda bahwa gajah yang sangat kuat bisa diikat hanya dgn tali yang terikat pada pancang kecil ? Gajah sudah akan merasa dirinya tidak bisa bebas jika ada “sesuatu” yang mengikat kaki nya, padahal “sesuatu” itu bisa jadi hanya seutas tali kecil…

Sebagai manusia kita mampu untuk berjuang, tidak menyerah begitu saja kepada apa yang kita alami. Karena itu, teruslah berusaha mencapai segala aspirasi positif yang ingin kita capai.

Sakit memang, lelah memang,tapi jika kita sudah sampai di puncak, semua pengorbanan itu pasti akan terbayar. Pada dasarnya, kehidupan kita akan lebih baik kalau kita hidup dengan cara hidup pilihan kita sendiri, bukan dengan cara yang di pilihkan orang lain untuk kita.

Kamis, 18 November 2010

Bosan Hidup

Seorang pria mendatangi Sang Master,

"Guru, saya sudah bosan hidup. Sudah jenuh betul. Rumah tangga saya berantakan. Usaha saya kacau. Apapun yang saya lakukan selalu berantakan. Saya ingin mati."

Sang Master tersenyum,
"Oh, kamu sakit."

"Tidak Master, saya tidak sakit.
Saya sehat.
Hanya jenuh dengan kehidupan.
Itu sebabnya saya ingin mati.
"Seolah-olah tidak mendengar pembelaannya, sang Master meneruskan,

"Kamu sakit.
Dan penyakitmu itu sebutannya, 'Alergi Hidup'.
Ya, kamu alergi terhadap kehidupan."

Banyak sekali di antara kita yang alergi terhadap kehidupan.
Kemudian,tanpa disadari kita melakukan hal-hal yang bertentangan dengan norma kehidupan. Hidup ini berjalan terus.
Sungai kehidupan mengalir terus,tetapi kita menginginkan status-quo.
Kita berhenti di tempat, kita tidak ikut mengalir. Itu sebabnya kita jatuh sakit.
Kita mengundang penyakit.Resistensi kita, penolakan kita untuk ikut mengalir bersama kehidupan membuat kita sakit.
Yang namanya usaha, pasti ada pasang-surutnya.
Dalam hal berumah-tangga,bentrokan-bentrokan kecil itu memang wajar, lumrah. Persahabatan pun tidakselalu langgeng, tidak abadi.
Apa sih yang langgeng, yang abadi dalam hidup ini? Kita tidak menyadari sifat kehidupan.
Kita ingin mempertahankansuatu keadaan.
Kemudian kita gagal, kecewa dan menderita.
"Penyakitmu itu bisa disembuhkan, asal kamu ingin sembuh dan bersedia mengikuti petunjukku."
demikian sang Master.

"Tidak Guru, tidak.
Saya sudah betul-betul jenuh.
Tidak, saya tidak inginhidup."
pria itu menolak tawaran sang guru.
"Jadi kamu tidak ingin sembuh.
Kamu betul-betul ingin mati?"
"Ya, memang saya sudah bosan hidup."

"Baik, besok sore kamu akan mati.
Ambillah botol obat ini. Setengah botol diminum malam ini, setengah botol lagi besok sore jam enam, dan jam delapan malam kau akan mati dengan tenang.
"Giliran dia menjadi bingung.
Setiap Master yang ia datangi selama iniselalu berupaya untuk memberikannya semangat untuk hidup. Yang satu ini aneh. Ia bahkan menawarkan racun.
Tetapi, karena ia memang sudah betul-betul jenuh, ia menerimanya dengan senang hati. Pulang kerumah, ialangsung menghabiskan setengah botol racun yang disebut

"obat" oleh Masteredan itu. Dan, ia merasakan ketenangan sebagaimana tidak pernah ia rasakan sebelumnya.Begitu rileks, begitu santai!
Tinggal 1 malam, 1 hari, dan ia akan mati.
Ia akan terbebaskan dari segalamacam masalah.
Malam itu, ia memutuskan untuk makan malam bersama keluarga di restoran .
Sesuatu yang sudah tidak pernah ia lakukan selama beberapa tahun terakhir.
Pikir-pikir malam terakhir, ia ingin meninggalkan kenangan manis.
Sambil makan, ia bersenda gurau. Suasananya santai banget!Sebelum tidur, ia mencium bibir istrinya dan membisiki di kupingnya,
"Sayang, aku mencintaimu.
"Karena malam itu adalah malam terakhir, ia ingin meninggalkan kenangan manis!
Esoknya bangun tidur, ia membuka jendela kamar dan melihat ke luar.
Tiupan angin pagi menyegarkan tubuhnya.
Dan ia tergoda untuk melakukan jalan pagi.Pulang kerumah setengah jam kemudian, ia menemukan istrinya masih tertidur.
Tanpa membangunkannya, ia masuk dapur dan membuat 2 cangkir kopi.
Satu untuk dirinya, satu lagi untuk istrinya. Karena pagi itu adalah pagi terakhir,ia ingin meninggalkan kenangan manis!
Sang istripun merasa aneh sekali Selama ini, mungkin aku salah. "Maafkan aku, sayang.

"Di kantor, ia menyapa setiap orang, bersalaman dengan setiap orang. Stafnya pun bingung, "Hari ini, Boss kita kok aneh ya?
"Dan sikap mereka pun langsung berubah. Mereka pun menjadi lembut.
Karena siang itu adalah siang terakhir, ia ingin meninggalkan kenangan manis!

Tiba-tiba, segala sesuatu di sekitarnya berubah. Ia menjadi ramah dan lebih toleran, bahkan apresiatif terhadap pendapat-pendapat yang berbeda.Tiba-tiba hidup menjadi indah.
Ia mulai menikmatinya. Pulang kerumah jam 5 sore, ia menemukan istri tercinta menungguinya di beranda depan.Kali ini justru sang istri yang memberikan ciuman kepadanya,
"Sayang,sekali lagi aku minta maaf, kalau selama ini aku selalu merepotkan kamu.
"Anak-anak pun tidak ingin ketinggalan,
"Pi, maafkan kami semua. Selama ini,Papi selalu stres karena perilaku kami.

"Tiba-tiba, sungai kehidupannya mengalir kembali.
Tiba-tiba, hidup menjadi sangat indah. Ia mengurungkan niatnya untuk bunuh diri. Tetapi bagaimana dengan setengah botol yang sudah ia minum, sore sebelumnya?

Ia mendatangi sang Guru lagi.Melihat wajah pria itu, rupanya sang Guru langsung mengetahui apa yangtelah terjadi,
"Buang saja botol itu. Isinya air biasa. Kau sudah sembuh, Apa bila kauhidup dalam kekinian, apabila kau hidup dengan kesadaran bahwa maut dapat menjemputmu kapan saja, maka kau akan menikmati setiap detik kehidupan.
Leburkan egomu, keangkuhanmu, kesombonganmu.
Jadilah lembut, selembut air.Dan mengalirlah bersama sungai kehidupan.
Kau tidak akan jenuh, tidak akan bosan. Kau akan merasa hidup. Itulah rahasia kehidupan. Itulah kunci kebahagiaan. Itulah jalan menuju ketenangan.

"Pria itu mengucapkan terima kasih dan menyalami Sang Guru, lalu pulang kerumah, untuk mengulangi pengalaman malam sebelumnya. Konon, ia masih mengalir terus.
Itulah sebabnya, ia selalu bahagia, selalu tenang, selalu HIDUP!!!

Hidup bukanlah merupakan suatu beban yang harus dipikul,,
tapi merupakan suatu anugrah untuk dinikmati

Selasa, 16 November 2010

Fokus pada apa yang harus di kerjakan

Kaku adalah kuda yang paling gagah di hutan. Tidak hanya gagah, ia pun kuat dan dapat berlari dengan cepat.

Saking hebatnya, warga hutan yang lain memberikan gelar “Kuda Perkasa” padanya. Disingkat “kuper”, hehehe.

Sayangnya, perilaku Kaku tidak sehebat kemampuannya. Karena merasa dirinya yang paling jago, ia menjadi sombong dan sering menganggap remeh binatang lain.

Tabiat buruknya yang lain adalah selalu ingin dipuja. Itu sebabnya ia iri ½ mati terhadap Horas.

Ya, Horas adalah kuda gemuk yang cenderung pendiam. Walaupun begitu, penghuni hutan lainnya senang kepadanya karena ia suka menolong dan ramah. Berbeda 180 derajat dengan Kaku.

Suatu hari Kaku pun mendatangi Horas yang sedang makan rumput di pinggir sungai.


“Hei Horas, ayo kita berlomba mengelilingi bukit timur itu”, tantang Kaku tanpa berbasa – basi.

“Aku ingin tahu, siapa diantara kita yang paling hebat”.

Horas menoleh dengan santai ke arah Kaku.

“Buat apa ah”, jawabnya, “Kan sudah jelas, kamulah kuda paling hebat di hutan ini. Aku jelas gak mungkin menang melawanmu”


“Tidak peduli !”, tukas Kaku. Kasar.

“Pokoknya aku ingin kita bertanding. Kalau tidak, aku akan hancurkan rumah kayu milik Bu Beri Berang – berang yang kamu buat untuknya bulan lalu”

Horas tertegun. Ingatannya melayang ke Bu Beri. Badannya yang sudah tua. Bulu – bulunya yang mulai memutih. Tongkat penyangga jalannya.

“Baiklah”, ujarnya sambil mengangguk lirih. “Kapan kita bertanding ?”

Kaku menjawab sambil tersenyum sinis, “Besok sore”

Malamnya Kaku mulai membayangkan dirinya yang tengah berlari di bukit timur dengan gagah.

Bulunya yang hitam berkilauan terkena cahaya matahari sunset. Kakinya yang kokoh menapak mantap di atas tanah bukit timur yang berbatuan menimbulkan suara yang keras.

Ketepok. Ketepok. Ketepok.

Mendadak ia terkikik. Ia membayangkan Horas yang gemuk berlari dengan terengah – engah menaiki bukit dan akhirnya tersungkur kecapekan.

“Kemenangan sudah jelas ada di tanganku”, batin Kaku.

“Apabila aku menang, penduduk hutan akan makin menyadari bahwa aku lah kuda terhebat di sini. Popularitasku pasti akan jauh melebihi Horas.

Sekarang aku harus cari cara agar aku tampak keren di hadapan mereka saat masuk ke garis finish”


Ia berpikir. Tiba – tiba ia teringat pada majalah mingguan “Kueren” yang ia beli minggu lalu.

Kaku pun mengambil majalah tersebut dari laci lemarinya dan mulai membuka lembar demi lembar. Sampai akhirnya…

“Ini dia !!!”, teriak Kaku sambil menunjukkan jarinya tangannya ke sebuah iklan tentang kacamata hitam.

“Dengan ini aku pasti akan tambah cool di depan warga hutan”.


Keesokan harinya, Kaku menyempatkan diri untuk pergi ke mall dan membeli kacamata hitam yang paling mentereng.

Setelah bersiap dengan menggunakan tapal kudanya yang berbalut emas, ia pun bergegas menuju ke bukit timur, tempat ia akan bertanding dengan Horas.

Sesampainya di sana, tampak Horas sedang berbincang riang dengan teman-temannya.

Ada Kuri si Kura – Kura, Nur si burung Nuri, dan bu Beri Berang – Berang.

Warga hutan lainnya pun berjejer di sepanjang jalur, bersiap untuk menyaksikan lomba antara Horas dan Kaku.

“Ayo segera kita mulai”, kata Kaku sembari memakai kacamata hitamnya yang baru.

Horas memandang Kaku dengan wajah aneh.

Perhatiannya tertuju pada kacamata hitam Kaku dan label harganya yang entah sengaja atau tidak, lupa dicopotnya.

Namun Horas tidak berkata apa – apa. Sebaliknya, ia meminta Nur untuk membantu memasangkan kacamata kudanya yang sudah agak butut.

Kedua kuda itu pun bersiap di garis Start.

Pak Hori Harimau yang bertugas sebagai penjaga garis melambai – lambaikan bendera putih di depan mereka.

Dalam hitungan ketiga, ia menurunkan bendera dengan bersemangat sambil berteriak lantang, “Mulai !!!”

Kaku langsung melesat.

Julukannya sebagai “Kuda Perkasa” memang bukan main – main. Dalam hitungan detik, ia sudah tidak tampak di balik bukit.

Sebaliknya, Horas melaju dengan sambil menjaga kecepatan dan staminanya.

Ia sadari bahwa dalam urusan keduanya, ia bukan tandingan Kaku, oleh karena itu ia harus berhati – hati dan tidak boleh gegabah.

Kaku yang jauh memimpin di depan tertawa lebar-lebar sambil terus memacu kecepatannya.

Ia sudah tidak kuasa lagi membayangkan kemenangannya.

Di hadapannya sudah tampak Bukit Curam, bukit terakhir dari deretan Bukit Timur.


Bukit Curam terkenal sebagai bukit paling berbahaya di daerah itu. Berbatu dan memiliki sudut tanjakan yang sempit.

Siapa saja yang tidak berhati-hati pasti akan celaka. Di sisi lain, pemandangan dari atas Bukit Curam cukup indah.

Dari sana terlihat jelas pemandangan hutan serta danau Leka yang luas dan banyak ikannya.

Warga hutan sering berkumpul di danau tersebut, baik untuk mandi maupun sekedar untuk bersantai dan bersosialisasi.

Beberapa langkah menuruni Bukit Curam, perhatian Kaku terpecah. Di bawah, tampak Kutik, kuda betina yang jadi incarannya sejak masa sekolah dulu, sedang mematut – matut tubuhnya di hamparan air danau yang jernih.

Tidak lagi konsentrasi terhadap jalan di depannya, kaki kanan Kaku tanpa sengaja menabrak sebuah batu yang cukup besar.

Kaku oleng. Ia terjungkal dan menggelinding ke sisi kiri bukit sebelum akhirnya mencapai garis finish barunya di sebuah kubangan tepat di samping Kutik yang melongo melihat adegan akrobat gratis.

Byurrrrr.

Sejurus kemudian, Kutik tertawa terbahak-bahak. ROTGLOL.

Tanpa mempedulikan Kaku yang kesakitan setelah terguling-guling di bukit berbatu.

Tanpa mempedulikan wajah Kaku yang merah padam. Tanpa mempedulikan kacamata hitam Kaku yang patah.

Tanpa mempedulikan perasaan Kaku yang bingung antara menahan sakit dengan menahan malu.

Saat ia mencoba untuk berdiri (dengan diiringi tawa Kutik yang masih berkesinambungan), terdengar sorak sorai warga hutan.

Rupanya Horas telah tiba di garis finish. Agak terengah – engah, tapi setidaknya ia sampai ke tujuan dengan berlari, bukan dengan menggelinding.

Dari kejauhan, ia menatap Kaku (yang masih mencoba berdiri) dan Kutik (yang masih terus tertawa).

Horas juga suka pada Kutik dan ia mungkin akan melakukan kesalahan yang sama seperti Kaku seandainya ia tidak menggunakan kacamata kudanya.

Ya, kacamata itulah yang membantunya untuk tetap berkonsentrasi sepanjang lomba.

Horas mengangkat kaki kanannya, ingin berjalan ke arah Kaku. Tapi kawan –kawan dan penghuni hutan lainnya mulai mengerubunginya, sibuk memberinya selamat dan memintanya bercerita tentang perasaannya.

Akhirnya Horas pun membatalkan niatnya untuk membantu Kaku.

“Semoga ia baik – baik saja”, gumamnya.

MORAL CERITA / BAHAN RENUNGAN :
"Setiap orang mungkin membutuhkan kacamata kuda agar tetap fokus dengan apa yang harus dikerjakannya"

Minggu, 14 November 2010

BIARKAN AKU MENJADI SUARAMU

Sejak semula, keluarga dari si gadis tidak menyetujui hubungannya dengan sang pemuda. Mereka mengajukan alasan mengenai latar belakang keluarga, bahwa jika si gadis memaksa terus bersama dengan sang pemuda, dia akan menderita seumur hidupnya..... Karena tekanan dari keluarganya, si gadis jadi sering bertengkar dengan pacarnya.Gadis itu benar2 mencintainya, dan dia terus-menerus bertanya, "Seberapa besar kamu mencintaiku?" Sang pemuda tdk begitu pandai berbicara, dia selalu membuat si gadis marah. Dan komentar-komentar dari orangtuanya membuatnya bertambah kesal. Sang pemuda selalu menjadi sasaran pelampiasan kemarahannya. Dan sang pemuda selalu membiarkannya melampiaskan kemarahannya kepadanya..

Setelah beberapa saat, sang pemuda lulus dari perguruan tinggi. Ia bermaksud meneruskan kuliahnya ke luar negeri, tapi sebelum diapergi, dia melamar gadisnya, "Saya tidak tahu bagaimana mengucapkan kata2 manis, tapi saya tahu bahwa saya mencintaimu. Jika kamu setuju, saya ingin menjagamu seumur hidupmu. Mengenai keluargamu,saya akan berusaha keras untuk meyakinkan mereka agar menyetujui hubungan kita. Maukah kamu menikah denganku?" Si gadis setuju, dan keluarganya setelah melihat usaha dari sang pemuda, akhirnya merestui hubungan mereka.

Sebelum pemuda itu berangkat, mereka bertunangan terlebih dahulu. Si gadis tetap tinggal di kampung halaman dan bekerja, sementara sang pemuda meneruskan kuliahnya di LN.....Mereka melanjutkan hubungan mereka melalui surat dan telepon. Kadang-kadang timbul kesulitan, tapi mereka tidak menyerah terhadap keadaan. Suatu hari, dalam perjalanan ke tempat perhentian bis sepulang dari kerja, si gadis tertabrak mobil hingga tak sadarkan diri. Ketika siuman, dia melihat kedua orangtuanya dan menyadari betapa beruntungnya dia dapat selamat. Melihat air mata orangtuanya,dia berusaha untuk menghibur mereka. Tetapi dia menemukan... bahwadia tidak dapat berbicara sama sekali. Dia bisu..

Menurut dokter kecelakaan tersebut telah mencederai otaknya, dan itu menyebabkannya bisu seumur hidupnya. Mendengar orang tuanya membujuknya, tapi tidak dapat menjawab sepatah kata pun, gadis tersebut pingsan...Sepanjang hari hanya dapat menangis dan membisu...Ketika akhirnya dia boleh pulang dari RS, dia mendapati rumahnya masih seperti sediakala. Hanya jika telepon berdering, dia menjadi pilu. Dering telepon telah menjadi mimpi terburuknya. Dia tidak dapat memberitakan kabar buruk tersebut kepada pacarnya dan menjadi bebannya. Dia menulis sepucuk surat untuknya, memberitahukan bahwa dia tdk mau lagi menunggunya.

Hubungan antara mereka sudah putus, bahkan dia mengembalikan cincin pertunangan mereka. Mendapat surat dan telepon dari si pemuda, dia hanya bisa menitikkan air mata... Ayahnya tidak tahan melihat penderitaannya, dan memutuskan untuk pindah. Berharap bahwa dia dapat melupakan segalanya dan menjadi lebih bahagia...Pindah ke tempat baru, si gadis mulai belajar bahasa isyarat. Dia berusaha melupakan sang pemuda... Suatu hari sahabatnya memberitahukan bahwa pemuda itu telah kembali dan mencarin ya kemana-mana. Dia meminta sahabatnya untuk tidak memberitahukan dimana dia berada dan menyuruh pemuda tsb. untuk melupakannya....

Lebih dari setahun, tidak terdengar lagi kabar pemuda itu sampai akhirnya sahabat si gadis menyampaikan bahwa sang pemuda akan menikah dan menyerahkan surat undangan. Dia membuka surat undangan itu dengan hati pedih, dan menemukan namanya tercantum dlm undangan. Sebelum dia sempat bertanya kepada sahabatnya, tiba-tiba sang pemuda muncul di hadapannya.Dengan bahasa isyarat yang kaku, ia menyampaikan bahwa.... Aku telah menghabiskan waktu lebih dari setahun untuk mempelajari bahasa isyarat, agar dapat memberitahukan kepadamu bahwa aku belum melupakan janji kita, berikan aku kesempatan, biarkan aku menjadi suaramu….

Sabtu, 13 November 2010

Berkat atau Kutuk

Pernah ada seorang tua yang hidup di desa kecil. Meskipun ia miskin, semua orang cemburu kepadanya karena ia memiliki kuda putih cantik. Bahkan raja menginginkan hartanya itu. Kuda seperti itu belum pernah dilihat begitu kemegahannya, keagungannya dan kekuatannya.

Orang menawarkan harga amat tinggi untuk kuda jantan itu, tetapi orang tua itu selalu menolak, "Kuda ini bukan kuda bagi saya," ia akan mengatakan. "Ia adalah seperti seseorang. Bagaimana kita dapat menjual seseorang. Ia adalah sahabat bukan milik. Bagaimana kita dapat menjual seorang sahabat."

Orang itu miskin dan godaan besar. Tetapi ia tetap tidak menjual kuda itu.

Suatu pagi ia menemukan bahwa kuda itu tidak ada di kandangnya. Seluruh desa datang menemuinya.

"Orang tua bodoh," mereka mengejek dia, "sudah kami katakan bahwa seseorang akan mencuri kudamu. Kami sudah peringatkan bahwa kamu akan dirampok. Anda begitu miskin. Mana mungkin anda dapat melindungi binatang yang begitu berharga? Sebaiknya anda sudah menjualnya. Anda boleh minta harga apa saja. Harga setinggi apapun akan di bayar juga. Sekarang kuda itu hilang dan anda dikutuk oleh kemalangan."

Orang tua itu menjawab, "Jangan bicara terlalu cepat. Katakan saja bahwa kuda itu tidak berada di kandangnya. Itu saja yang kita tahu; selebihnya adalah penilaian. Apakah saya di kutuk atau tidak, bagaimana Anda dapat ketahui itu? Bagaimana Anda dapat menghakimi?"

Orang protes, "Jangan menggambarkan kita sebagai orang bodoh! Mungkin kita bukan ahli filsafat, tetapi filsafat hebat tidak diperlukan. Fakta sederhana bahwa kudamu hilang adalah kutukan."

Orang tua itu berbicara lagi, "Yang saya tahu hanyalah bahwa kandang itu kosong dan kuda itu pergi. Selebihnya saya tidak tahu. Apakah itu kutukan atau berkat, saya tidak dapat katakan. Yang dapat kita lihat hanyalah sepotong saja. Siapa tahu apa yang akan terjadi nanti?"

Orang-orang desa tertawa. Menurut mereka orang itu gila. Mereka memang selalu menganggap dia orang tolol; kalau tidak, ia akan menjual kuda itu dan hidup dari uang yang diterimanya. Sebaliknya, ia seorang tukang potong kayu miskin, orang tua yang memotong kayu bakar dan menariknya keluar hutan lalu menjualnya. Uang yang ia terima hanya cukup untuk membeli makanan, tidak lebih. Hidupnya sengsara sekali. Sekarang ia sudah membuktikan bahwa ia betul-betul tolol.

Sesudah lima belas hari, kuda itu kembali. Ia tidak di curi, ia lari ke dalam hutan. Ia tidak hanya kembali, ia juga membawa sekitar selusin kuda liar bersamanya. Sekali lagi penduduk desa berkumpul di sekeliling tukang potong kayu itu dan mengatakan, "Orang tua, kamu benar dan kami salah. Yang kami anggap kutukan sebenarnya berkat. Maafkan kami."

Jawab orang itu, "Sekali lagi kalian bertindak gegabah. Katakan saja bahwa kuda itu sudah balik. Katakan saja bahwa selusin kuda balik bersama dia, tetapi jangan menilai. Bagaimana kalian tahu bahwa ini adalah berkat? Anda hanya melihat sepotong saja. Kecuali kalau kalian sudah mengetahui seluruh cerita, bagaimana anda dapat menilai? Kalian hanya membaca satu halaman dari sebuah buku. Dapatkah kalian menilai seluruh buku? Kalian hanya membaca satu kata dari sebuah ungkapan. Apakah kalian dapat mengerti seluruh ungkapan? Hidup ini begitu luas, namun Anda menilai seluruh hidup berdasarkan satu halaman atau satu kata. Yang anda tahu hanyalah sepotong! Jangan katakan itu adalah berkat. Tidak ada yang tahu. Saya sudah puas dengan apa yang saya tahu. Saya tidak terganggu karena apa yang saya tidak tahu."

"Barangkali orang tua itu benar," mereka berkata satu kepada yang lain. Jadi mereka tidak banyak berkata-kata. Tetapi di dalam hati mereka tahu ia salah. Mereka tahu itu adalah berkat. Dua belas kuda liar pulang bersama satu kuda. Dengan kerja sedikit, binatang itu dapat dijinakkan dan dilatih, kemudian dijual untuk banyak uang.

Orang tua itu mempunyai seorang anak laki-laki. Anak muda itu mulai menjinakkan kuda-kuda liar itu. Setelah beberapa hari, ia terjatuh dari salah satu kuda dan kedua kakinya patah. Sekali lagi orang desa berkumpul sekitar orang tua itu dan menilai.

"Kamu benar," kata mereka, "Kamu sudah buktikan bahwa kamu benar. Selusin kuda itu bukan berkat. Mereka adalah kutukan. Satu-satunya puteramu patah kedua kakinya dan sekarang dalam usia tuamu kamu tidak ada siapa-siapa untuk membantumu. Sekarang kamu lebih miskin lagi."

Orang tua itu berbicara lagi, "Ya, kalian kesetanan dengan pikiran untuk menilai, menghakimi. Jangan keterlaluan. Katakan saja bahwa anak saya patah kaki. Siapa tahu itu berkat atau kutukan? Tidak ada yang tahu. Kita hanya mempunyai sepotong cerita. Hidup ini datang sepotong-sepotong."

Maka terjadilah 2 minggu kemudian negeri itu berperang dengan negeri tetangga. Semua anak muda di desa diminta untuk menjadi tentara. Hanya anak si orang tua tidak diminta karena ia sedang terluka. Sekali lagi orang berkumpul sekitar orang tua itu sambil menangis dan berteriak karena anak-anak mereka sudah dipanggil untuk bertempur. Sedikit sekali kemungkinan mereka akan kembali. Musuh sangat kuat dan perang itu akan dimenangkan musuh. Mereka mungkin tidak akan melihat anak-anak mereka kembali.

"Kamu benar, orang tua," mereka menangis, "Tuhan tahu kamu benar. Ini membuktikannya. Kecelakaan anakmu merupakan berkat. Kakinya patah, tetapi paling tidak ia ada bersamamu. Anak-anak kami pergi untuk selama-lamanya."

Orang tua itu berbicara lagi, "Tidak mungkin untuk berbicara dengan kalian. Kalian selalu menarik kesimpulan. Tidak ada yang tahu. Katakan hanya ini: anak-anak kalian harus pergi berperang, dan anak saya tidak. Tidak ada yang tahu apakah itu berkat atau kutukan. Tidak ada yang cukup bijaksana untuk mengetahui. Hanya Allah yang tahu."

* * * *
Orang tua itu benar. Kita hanya tahu sepotong dari seluruh kejadian. Kecelakaan-kecelakaan dan kengerian hidup ini hanya merupakan satu halaman dari buku besar. Kita jangan terlalu cepat menarik kesimpulan. Kita harus simpan dulu penilaian kita dari badai-badai kehidupan sampai kita ketahui seluruh cerita.

Jumat, 12 November 2010

Be your self 2

Pada zaman dahulu kala, hiduplah seorang tua bernama Matahari Tua. Beliau tinggal bersama putranya yang bernama Matahari Kecil.

Suatu hari, Matahari Tua dan Matahari Kecil pergi ke pekan raya di kota untuk menjual keledainya.

Seorang perempuan melihat mereka dan tertawa, : "Kalian berjalan membawa keledai. Mengapa kalian tak menungganginya ? Kalian berdua benar – benar bodoh !"

"Perempuan itu benar" kata orang tua itu kepada putranya, : "Kita berdua sungguh bodoh"

Maka Matahari tua naik ke punggung keledai dan Matahari Kecil berjalan mengikuti di belakangnya.

Tidak berapa jauh beranjak, mereka berjumpa seorang perempuan tua. Begitu ia melihat Matahari Tua menunggang keledai ia berseru kepadanya, : "Hey, ini tidak benar. Kamu menunggang keledai dan membiarkan bocah kecil itu berjalan kaki di belakangmu"

"Benar juga. Ada benarnya perkataan perempuan tua itu" Tukas Matahari Tua dan iapun segera melompat turun dari punggung si keledai lalu membiarkan putranya naik.

Kemudian mereka melanjutkan perjalanan hingga mereka melihat seorang lelaki sedang bekerja di ladang yang berteriak : "Oi oi, kau, anak muda berpikiran pendek anak semuka engkau menunggang keledai dengan enaknya dan membiarkan orang tua ini berjalan kaki"

"Ah, Tepat juga perkataannya" ujar Matahari kecil kepada dirinya sendiri, : "Aku betul – betul pendek pikir"

Segeralah ia melompat turun dari punggung keledai. Matahari Tua dan Matahari Kecil segera berdiskusi tentang bagaimana caranya membawa keledai mereka ke pekan raya di kota tanpa ada lagi orang yang mengkritik mereka.

"Aku punya ide" kata Matahari Kecil" kita berdua menunggang keledai itu, dengan demikian tak ada orang yang dapat berkata apapun"

"Ide yang bagus" ucap Matahari Tua setuju, : "Sungguh ide yang bagus" Segera mereka berdua menunggangi keledai itu" Apa ! Kalian gila ?" dua orang pejalan kaki berseru marah "Lihat itu, dengan dua orang berada di atas punggungnya, tak lama lagi keledai itu akan mati kecapaian"

Ketika Matahari Tua dan Matahari kecil mendengar seruan itu mereka merasa bersalah.

Langsung saja mereka melompat dari atas keledai dan berkata, : "Benar juga, kita berdua memang gila" Kali ini mereka benar – benar kehilangan akal dan tak tahu harus berbuat apa.

Tiba – tiba Matahari Kecil berkata, : "Aku punya ide ! Bagaimana kalau kita yang memanggul keledai itu" matahari Tua tersenyum mendengar nya dan berkata : "Ide yang bagus, Ide yang bagus"

Matahari Tua dan Matahari Kecil segera memanggul keledai merka dengan sebilah bambu dan membawanya ke pekan raya.

Dalam perjalanan menuju pekan raya tubuh mereka berdua basah kuyup oleh keringat.

Ketika sekelompok anak – anak melihat bagaimana Matahari Tua dan Matahari Kecil membawa keledai itu, mereka semua tertawa terbahak – bahak.

"Ha, Ha...., cepat sini lihat ini, dua orang ini tidak menunggangi keledainya tetapi justru keledainya yang menunggangi mereka. Itu benar – benar luar biasa. Ha, ha, ha....

MORAL CERITA : Terlalu mendengarkan pendapat orang lain dan menelannya mentah – mentah justru akan merepotkan kita.

Kamis, 11 November 2010

sedikit humor...:)

Hari 1.*

Seorang cadel ingin membeli nasi goreng yang sering mangkal didekat rumahnya.
cadel: "bang, beli nasi goleng satu"
abang: "apa...?" (.....ngeledek.)
cadel: "Nasi Goleng!
abang: "Apaan...?" (.....Ngeledek lagi.)
cadel: "Nasi Goleng!!!"
abang: "ohh nasi goleng..."

Sambil ditertawakan oleh pembeli yang lain dan pulanglah si cadel dengan sangat kesal, sesampainya di rumah dia bertekad untuk berlatih mengucapkan "nasi goreng" dengan benar. Hingga akhirnya dia mampu mengucapkan dengan baik dan benar.

* Hari 2.*

Dengan perasaan bangga, si cadel ingin menunjukkan bahwa dia bisa mengucapkan pesanan dengan tidak cadel lagi.
cadel: "bang...,saya mau beli NASI GORENG, bungkus!!!"
abang: "ohh...pake apa?"
cadel: "...pake telol..." (Sambil sedih...)
Akhirnya kembali dia berlatih mengucapkan kata "telor" sampai benar.

* Hari 3.*

Untuk menunjukkan bahwa dia mampu, dia rela 3 hari berturut-turut makan nasi goreng
cadel: "bang..., beli NASI GORENG, Pake TELOR!!! Bungkus!"
abang: "ceplok atau dadar ?"
cadel: "dadal..."
Dengan spontan. Kembali dia berlatih dengan keras.

* Hari 4.*

Dengan modal 4 hari berlatih lidah hari ini dia yakin mampu memesan dengan tanpa ditertawakan.
cadel: "bang...beli NASI GORENG, Pake TELOR, di DADAR!"
abang: "hebat kamu 'del, udah nggak cadel lagi nich, harganya Rp.2500, del."

si cadel menyerahkan uang Rp.3000 kepada si abang, namun si abang tidak memberikan kembaliannya, hingga si cadel bertanya:
cadel: "bang.., kembaliannya?"
abang: "oh iya, uang kamu Rp.3000, harganya Rp.2500, kembalinya berapa del?", sambil senyum ngeledek.
Si cadel gugup juga untuk menjawabnya, dia membayangkan besok bakal makan nasi goreng lagi. Tapi akhirnya dia menjawab:"...GOPEK...!!!" Sambil tersenyum penuh kemenangan.

**********************************************************
***********************************************************

Dulu rakyat Aceh pernah ingin memberi gelar pada Tutut. Dia diundang
ke Aceh untuk menerima gelar tersebut. Namun saat upacara berlangsung
Tutut tidak mau menerima gelar tersebut dan langsung cabut pulang.
Usut punya usut ternyata gelar wanita untuk wanita Aceh adalah Cut
Nya...
dan gelar buat Tutut adalah Cut Nya-Tut. Tutut yang kecewa berat
berusaha menghubungi suaminya dan diterima oleh sekretaris Rukmana via
telpon.
"Halo, bisa biacara dengan Pak Rukmana? tanya Tutut.
"Dari siapa?" tanya sang sekretaris.
"Istrinya...." jawab Tutut.
"Oh tunggu sebentar Bu-Ruk" minta sang sekretaris, dan langsung Tutut
menutup telpon. Tutut kembali kecewa.
Ia pun langsung menghubungi Bina Graha. "Selamat siang bisa bicara
dengan pak Presiden?" tanyanya lewat telpon.
"Dari siapa Bu?' tanya sang ajudan.
"Dari putri sulungnya Pak" Tegas tutut dengan menyisakan nada kecewa
berat, Sang ajudan pun segera menjawab "Mohon tunggu sebentar Bu-tut"
dan langsung Tutut menutup telpon. Akhirnya ia memilih langsung telpon
ke handphonenya pak Presiden. Pak Presiden mengangkat teleponnya.
"Selamat siang Bapak. Bagaimana Bapak memberi saya nama, masa saya di
Aceh di panggil Cut Nya Tut. Sedangkan sekretaris suami saya memanggil
saya Bu Ruk dan ajudan Bapak memanggil saya Bu Tut."
Bapak Presiden menjawab dengan gaya bicaranya yang khas dan berwibawa
"Ya sudah, BiarKen-Tut. Bukan maksud mereka begitu kok".

Rabu, 10 November 2010

CINTA TERAKHIR(bag 3)

Sejak perkenalan tersebut. Hubungan mereka semakin dekat. Mereka sering pergi memancing bersama. Cinta melewatkan harinya bersama hito setiap hari. Mereka tak terpisahkan setiap harinya bersama. Hito tak menyadari kalau ia telah jatuh cinta pada gadis tersebut. Sedangkan cinta sebaliknya, ia tak pernah tau hubungan mereka semakin dekat dan akan semakin dekat melebihi apa yang ia pikir.

Ketika mereka terduduk di pesisir pelabuhan. Menunggu senja matahari terbenam

"Cinta apakah kamu begitu benci terhadap Negara kami?" Tanya Hito
"Hmm, awalnya mungkin. Tapi aku jadi percaya satu hal. Tidak semua orang itu jahat. Ada pula yang baik seperti kamu contohnya!"
"Senangnya aku denger kamu bilang gitu, hehehe!"
"Hito. Mau sampai kapan Negara kalian menjajah negeri kami?"
"Ntahlah. aku tidak tau. Urusan politik aku tidak terlalu suka. Aku lebih suka menjadi arsitek daripada mengayuh senjata. Beruntung ayahku diplomat, jadi tidak perlu perang. Ada beberapa temanku yang bahkan meninggal oleh perang. Karena itu sebenarnya aku benci terhadap peperangan. Kalau kamu Tanya kapan semua ini berakhir? Aku jawab secepatnya!!"

Cinta terlihat gembira mendengarkan ucapan Hito yang ternyata tidak seperti yang ia bayangkan. Hujan turun begitu deras, mereka pun mencari tempat berteduh, mereka berteduh disebuah rumah kedai makan yang sepi. Hito terlihat termenung melihat wajah cinta yang bersih . hujan telah menghapus kumal yang sengaja ia oleskan di wajahnya. Kecantikan alami yang membuat hati Hito terpersona. Mereka saling memandang. Dan tanpa sadar Hito memberikan ciuman yang disambut oleh cinta.

***
Sejak saat itu mereka menjadikan cinta dihati mereka semakin dalam. Cinta yang tak seharusnya terjadi antara penjajah dan budak tanah. Namun semua itu mereka buang jauh jauh. Hubungan itu menjadi rahasia. Hito mulai semakin sungguh sungguh. Ia mulai mengajak cinta menikah untuk ikut dengannya ke Jepang. Cinta hanya tersenyum

"Dasar aneh, aku ini orang miskin. Buat kalian mungkin hanya sebatas jenis binatang. Bagaimana bisa aku diterima sama orang tua kamu"
"Aku ga peduli. Aku mau kenalin kamu sama papaku. Dan aku mau kita nikah. Terus kita ke Jepang saja. "

Cinta hanya terperengah dengan kata kata pria yang ia cintai. Ia tak berharap banyak terhadap hubungan ini, namun Hito sungguh sungguh mengatakan cintanya pada sang ayah yang kontan geram. Hito membuat malu sang ayah yang diseganin bila mempunyai pacar seorang penduduk yang di jajah. Bagi mereka penduduk wanita di tempat ini hanya sebagai budak sex. Tidak lebih dari itu. Memang sang ayah telah mendengarkan rumor putranya yang pacaran dengan orang kampung. Ia tidak percaya, namun kali ini iya harus percaya.

Agar semakin tidak malu. Ia pun mengurung Hito dirumah. Sejak saat itu Hito menghilang dari hidup Cinta cukup lama. Dua bulan berlalu, Cinta selalu menunggu dipelabuhan sembari memancing ia hanya dapat menunggu dan merindukan sang kekasih tanpa pernah mendapatkan sebuah kabar apapun. Hito tak dapat melawan sang ayah. Ayah nya bahkan telah merencanakan putranya untuk menuju Singapore. Dimana tempat pamannya berada. Hito sadar ini petaka akhir baginya.

Ia tak ingin pergi dan berusaha mencari kesempatan untuk melarikan diri. Ia berhasil dan kabur menuju rumah Cinta. Rumah yang sederhana. Cinta sedikit panik melihat pria itu muncul dibawah guyuran hujan yang cukup besar. Ia memberikan tempat dirumahnya untuk membiarkan pria itu menghangatkan tubuh.

"Cinta aku harus pergi. Ayah mau kirim aku ke Singapore. Mungkin tidak ada waktu lagi untuk aku disini.. malam ini mari kita lari. Aku sudah atur rencana untuk naik perahu menuju borneo. Disana kita hidup baru, gimana?"
"Tapi.. " Cinta menatap wajah ibu dan ayahnya.

Sang ibu mendekati anaknya. Dan berbisik

"Cinta. Jangan pedulikan ayah dan ibu yang sudah tua. Kami telah siap kapan saja untuk kembali ke sisinya. Tapi kami akan lebih bahagia bila kamu menemukan kehidupan yang lebih indah daripada kisah kami. Jadi pergilah!"

Cinta tak kuasa menahan tangis. Ia pun memeluk sang ibu. Dan akhirnya memutuskan untuk pergi bersama sang kekasih. Ibunya menghadiahkan sebuah jas hujan yang terbuat dari kalung. Kepada dua orang tersebut. Dibawah hujan yang lebat mereka pun segera menuju pelabuhan dengan cepat namun tanpa mereka sadari pelarian mereka diketahui sang ayah. Pegawai tentara sang ayah telah menjaga setiap sudut. Untuk menghentikan putranya lari lebih jauh.

Cinta memang terampil dalam mencari jalan di pelabuhan. Ia berhasil melewati beberapa penjagaan ketat. Dan akhirnya mereka sampai di sebuah perahu yang telah siap pergi membawa penduduk menuju Borneo dimana mereka akan dipekerjakan sebagai buruh emas. Hito menatap kejanggalan dalam perjalanan tersebut, perahu belum berjalan untuk waktu yang lama, dan beberapa orang menaiki perahu dengan wajah bingal, akhirnya kecurigaan tersebut memang benar. Orang orang yang terakhir menaiki perahu tersebut melupakan orang suruhan sang ayah. Ia sadar kapan saja Cinta bisa terbunuh. Ia melepaskan jas hujan yang ia miliki

"Cinta maaf ya aku ga bis pergi sekarang. Kamu pergi sendiri saja. Aku nanti nyusul kamu disana. Tunggu aku ya.."
"Tapi!"
"Ada beberapa orang suruhan ayah yang bersama kita dikapal ini. Aku ga mau terjadi apapun sama kamu. Aku akan kembali mengajak mereka semua. Setelah itu aku akan mencari jalan untuk mencari kamu. Ok!"

Hito memberikan ciuman kepada Cinta untuk terakhir kali. Cinta tampak memegangin jas hujan yang ia Hito berikan. Kemudian Hito memberikan aba-aba kepada orang suruhan sang ayah untuk ikut turun dengannya. Setelah Hito turun, perahu mulai berjalan. Cinta menatap wajah sang kekasih dengan air mata. Hito tak pernah menangis sejak ia menemukan Cinta. Kali ini ia menangis. Bahkan tangis ini adalah tangis pertama baginya. Disaat ibunya meninggal bahkan ia tidak menangis.

"Cinta tunggu aku disana. Di pelabuhan.. tunggu aku.. aku akan datang padamu" teriak Hito kencang ke arah perahu yang berjalan semakin jauh
"Hito.. aku akan tunggu kamu. Sampai kapanpun. Aku akan tunggu kamu.. pasti!!" teriak Cinta kencang dengan air mata.

Dan itu menjadi pertemuan terakhir Cinta yang akhirnya terdampar di pantai Singkawang, Kalimantan barat. Disana ia beruntung mendapatkan uang yang terselip di jas hujan Hito yang cukup banyak hingga ia bisa membuka usaha rumah makan kecil. Ia pun menunggu tanpa pernah berhenti setiap harinya. Ia menerukan hidupnya dengan penantian. Ntah mengapa setiap hujan ia selalu berlari keluar rumahnya dengan jas hujan. Ia selalu teringat Hito yang datang padanya dengan wajah basah kuyub.

Harapan menunggu semakin tipis ketika Jepang kalah perang dengan Amerika. Mereka pun meninggalkan bumi pertiwi. Namun Cinta tidak pernah putus asa menunggu.

Kembali ke masa depan

Edison terharu mendengarkan kisah nenek tua bernama Cinta tersebut. Hujan telah berhenti. Kemudian ia bertanya satu hal pada nenek.

"Nenek kalau andai saja bisa ketemu sama kakek. Nenek mau ngapain?"
"Kamu mau tau aja urusan nenek. Ada deh. Rahasia!"
"Waduh nenek emang gaul abis ya.. nama kakek Hito apa sih?"
"Hito Harasaki.. kalau nenek ga salah denger ya. Dia itu di Nagasaki asalnya!"
"Wah.. bentar lagi aku mau ke Nagasaki. Aku dapat beasiswa loh kesana!"
"kok bisa. kamu ga ada tampang pinter gitu," ledek nenek
"Dasar..ya uda lah aku mau pulang , hujan uda berhenti.. kalau aku sempat kapan kapan aku mau datang kemari lagi ya!"
"Iya iya.. !"
"Nek. Satu pertanyaan lagi ya..?"
"Aduh banyak amet sih tanyannya.. ga cape ya?"
"Ih.. penting neh. Aku mau Tanya. Perasaan nenek mengatakan kakek itu sekarang gimana.?"
"Maksudnya uda meninggal apa belom. Gitu kan?"
"Hehehe.. maaf , iya maksudnya gitu"

Nenek terdiam sejenak dan memperhatikan jas hujan yang dikenakan oleh Edison.

"Nenek berharap dia masih hidup, setidaknya sampai nenek bisa mengatakan satu hal yang nenek tidak pernah bisa ungkapkan!"
"Apa itu?"
"Cintanya adalah cinta terakhir untuk nenek.."

Edison begitu terharu mendengarkan kesetiaan sang nenek. Beberapa bulan kemudian ia pergi menuju Nagasaki dan mengawali hidupnya dengan berwisata di kota ujung utara jepang tersebut. Secara tak sengaja ia pergi menuju monument bom atom yang akhirnya membuat perang dunia berakhir. Disana terlihat banyak sekali tulisan nama nama korban yang dikenang sebagai sejarah dunia. Dan salah satunya tertulis nama

Hito harasaki 1930 -1945

Edison terdiam memberikan penghormatan pada altar tersebut. Ia tak sanggup mengatakan kepada sang nenek jika cinta terakhirnya telah meninggal sejak 60 tahun lalu. Dan kisah cinta tarakhir sang nenek begitu indah hingga menyentuh air matanya untuk menangis.

Tamat

Selasa, 09 November 2010

CINTA TERAKHIR (bag 2)

63 tahun yang lalu

Nenek bernama asli Cinta. Dia adalah seorang gadis muda energik yang selalu pergi ke pelabuhan untuk memancing. Orang tuanya tinggal tak jauh dari pelabuhan tersebut. Setiap sore ia selalu pergi memancing seorang diri, dan membawa hasil ikan yang ia pancing sebagai makan malam untuk keluarganya. Cinta adalah gadis yang miskin namun ia tidak ingin dihina karena harus mencuri makanan. Ia pun rela meminta izin memancing kepada petugas. Dengan alat seadanya ia pergi sekitar pelabuhan dan melemparkan alat pancing dan menunggu hingga malam agar keluarganya dapat makan.

Ayahnya adalah seorang tentara yang mengalami lumpuh total karena perang melawan Belanda. Ibunya mengalami sakit jantung. Dan ia menjadi tumpuan keluarganya. Seorang diri dan setiap orang di sekitar kampung tidak ada yang peduli padanya. Terlebih Cinta termasuk gadis tomboy. Sifat lelaki lebih dominan daripada wanita. Dari bahasanya yang kasar. Ia menjadi bahan cemoohan gadis gadis lain. Sehingga ia menjauhi pergaulan.

Jepang datang di kala era kemerderkaan dengan sejuta harapan. Namun harapan untuk merdeka itu hanya sesaat. Semua menjadi berubah, banyak anak gadis di antara kampungnya memilih untuk melarikan diri daripada menjadi budak sex para tentara Kepang. Hal itu mungkin bisa Cinta lakukan. Namun melihat keadaan orang tua. Ia tak tega. Dan satu satunya cara adalah menjadi liar dan memangkas rambutnya agar terlihat menjadi laki laki. Dan cara itu cukup jitu untuk keselamatannya.

Sore semakin lenyap tak ada ikan sedikitpun di ember yang ia bawa. Ia mulai cemas. Seorang pria bermata sipit sedang berjalan seorang diri dengan sepeda lalu memperhatikan Cinta yang termenung seorang diri. Pria itu bernama Hito , putra dari diplomat yang bekerja pada gubernur provinsi. Pria yang masih berjiwa muda namun fasih berbahasa lokal

Ia mendekati Cinta yang kumel dan dekil.

"Hai sedang apa kamu?" tanya Hito

Cinta menatap pria itu dan hanya terdiam

"Aku kan tanya. Sedang apa kamu?" tanya pria itu dan Cinta mulai risih

"Berisik ya. Emang ga liat aku lagi mancing. Pergi sana, bikin ikan pada pergi saja!"

Pria itu sedikit terkejut dengan tingkah orang yang tidak hormat padanya. Dan ia cukup heran. Bukan marah , ia malah menjadi iseng.

"Oh gitu, kalau aku ga mau pergi gimana?" ujar pria itu dan Cinta melotot padanya namun tidak ingin melayani pria itu

Cinta terdiam dan berkonsentrasi untuk memancing. Pria itu semakin usil karena didiamkan oleh Cinta. Ia melempatkan batu batu kecil itu pada pesisir. Cinta pun tak tahan dan mengambil kail pancing dan segera pergi meninggalkan pria itu. Dan melihat Cinta begitu lain daripada orang-orang yang ia kenal. Ia pun mengejar.

"Hei tunggu.berhenti!" teriak pria itu mendekati Cinta "Emang kamu ga tau siapa saya?"

"Emang penting gitu? Aku tau siapa kamu?" sewot Cinta.

"Hm.. ga juga sih. Tapi kayaknya kamu perlu tau !"

"Kalau aku ga mau?"
"Ya harus..!"

"Eh. Denger ya. Aku ga ada waktu buat ladenin orang usil kayak kamu. Pergi sana dan jangan ikutin aku lagi atau...neh" unjuk kail tajam yang ditunjukkan pada pria tersebut dan menjadi sedikit gugup karena melihat Cinta begitu galak

"Kamu ini perempuan atau laki laki sih? Kok suaranya kayak perempuan tapi fisik kayak laki-laki?"

Cinta tidak menjawab pertanyaan pria itu. Ia berjalan kembali, memang pakaiannya yang lebih mirip kuli angkut dengan wajah kotor dapat mengelabuhi siapapun yang melihatnya. Hito semakin kesal dengan tingkah Cinta. Ia berlari kemudian merebut embel yang dipegang Cinta. Cinta panik dan mengejar pria itu. Kemudian berhasil menangkap laki laki itu. Sambil melompati tubuh pria itu hingga terjatuh. Secara tak sengaja pria itu menyentuh payudara Cinta dan terdiam.

"Kamu perempuan..?"

Bokk

Cinta menghajar wajah pria itu
"Kurang ajar ya."
Cinta pun berlari dan pria itu hanya menatapnya dengan perasaan terdiam bingung.

Dalam hatinya berkata. Ini pertama kali dalam sejarah hidup. Ia dipukul bahkan tidak dihormati. Bisa saja ia menyuruh pengawal ayahnya untuk menembak mati Cinta. Namun ada hal lain yang membuat Hito penasaran dengan sosok Cinta yang menjadi misteri di hari ini baginya. Ia hanya menatap Cinta pergi dan berpikir kapan ia akan dapat melihat Cinta kembali.

**
Hito tak pernah berhenti melupakan kejadian hari itu. Ia semakin penasaran dan mencari informasi tentang Cinta. Dari beberapa orang di pelabuhan ia pun mendapatkan informasi tentang dimana Cinta berada setiap harinya. Dan ia mendapatkan Cinta akan selalu datang di sore hari untuk memancing di pesisir pelabuhan. Dan ia pun hari ini bergegas untuk mencari Cinta kembali.

Cinta kembali ke pelabuhan sore harinya. Ia memancing seperti biasanya. Hari ini ia mendapatkan dua ikan besar. Kemudian datang Hito merebut ember yang berisi ikan yang ia miliki. Melihat pria tersebut mengambil makan malamnya ia pun menjadi emosi

"Balikin ikan aku. Cepet. Atau..?"

"Atau apa. Mau pukul aku lagi. Ga gampang lagi?

"Ok.. kamu yang minta ya !!"

Cinta beberapa kali memukul dengan sekuat tenaga. Namun Hito yang mempunyai kemampuan bela diri tidak pernah dapat terjangkau oleh cinta. Cinta pun kelelahan dan tiba tiba terdiam dan menatap pria itu dan menangis.

"Lho kok nangis. Laki laki ga boleh nangis loh?"

"Kalian orang Jepang. Menjajah dan menindas bangsa kami? Bahkan kami tak pernah berdaya untuk mencoba melawan. Andai saja aku punya sebuah senjata maka aku akan membunuh kamu?'

Hito terdiam mendengarkan kata-kata dari Cinta.

"Kamu tau aku orang Jepang?

"Itu ga penting!"

"Kalau kamu tau aku orang Jepang. Kenapa kamu tidak menghormati saya?"
"Lebih baik aku mati daripada harus memberi hormat kepada kalian, binatang!"

Hito menyimaki kata-kata itu cukup dalam lalu meletakan ember itu ke lantai.

"Ini ikan kamu. Asal kamu tau. Bangsa kami memang penjajah tapi bangsa kami bukan binatang, kamu beruntung bertemu dengan aku. Kalau orang lain mendengar ucapan kamu. Mungkin kamu sudah tidak bernafas sekarang!"

Hito kemudian meninggallkan Cinta dengan sejuta rasa marah. Cinta mangambil ikan tersebut dan berlari pulang ke rumahnya. Sesungguhnya ia ketakutan dengan apa yang ia ucapkan. Namun ia hanya bisa menarik nafas panjang karena jiwanya selamat hari ini.

Hito pulang kerumahnya dengan amarah. Ia menembaki langit dengan pistol milik ayahnya. Ayahnya sedikit panik melihat tingkah putranya. Dan bertanya apa yang terjadi

"Kamu kenapa? Sudah gila ya?"
"Pa, kenapa sih kita harus menjajah. Kenapa sih kita harus menjadi negara yang menjajah?"

Ayahnya terdiam kemudian menarik senjata dari anaknya

"Dasar bodoh. Kalau kamu bicara seperti ini lagi. Ayah akan tampar kamu?"
‘Jawab, kenapa Pa?"
"Jawabnya satu. Untuk membuat kamu menjadi tumbuh dewasa seperti sekarang.!!"

Dari apa yang dikatakan ayahnya ia pun tak dapat menjawab lagi. Ia menyadari negaranya menjajah untuk hidup. Dan tak dapat dipungkuri , tanpa menjajah , negaranya hanya sebuah negeri tanpa harta yang bisa diharapkan untuk bertahan hidup. Hito pun menutup dirinya dikamar. Tersirat wajah cinta yang membuatnya merasa aneh. Ia mulai semakin penasaran dengan gadis tersebut.

Suatu hari cinta pulang dari memancing dan mendapatkan tentara jepang yang sedang mabuk dijalan. Tentara itu sedang mabuk dan cinta lewat tanpa menunduk , mereka tersinggung dan mulai bertidak berutal. Ketika menyadari cinta adalah seorang gadis. Mereka mulai menjadi nafsu. Cinta berteriak minta tolong dan tiba tiba muncul hito yang memang datang khusus untuk mencarinya. Hito menampar para tentara nakal tersebut dihadapan cinta. Para tentara itu pergi dengan wajah ketakutan meninggalkan cinta dan hito berdua. Hito melepat jas yang ia pakai untuk menutupi baju cinta yang mulai robek. Tampak cinta menangis. Dan hito terus disampingnya hingga cinta mulai tenang.

"Sudah jangan nangis. " kata hito sambil mengambil ember milik cinta yang isinya masih kosong

"Neh. Embel kamu. Boleh tau nama kamu sapa? Aku Hito!!|"

Cinta tidak menjawab ia masih ketakutan. Kemudian ia berjalan pulang. Hito kemudian menarik tangannya.

"Jangan lewat sana. Disana banyak tentara yang sedang berpesta. Aku antar kamu pakai sepedaku mau?"

"Terima kasih.. aku cinta!"

"Nah gitu dong. Cinta.. yuk!!"

Cinta pun menyadari kalau pria yang ada disampingnya tidaklah seburuk yang ia kira. Ia pun membiarkan pria itu mengantarkannya dengan sepeda. Ditengah perjalanan . hito berhenti disebuah kedai yang menjual daging. Ia menurunkan sepedannya sesaat menuju kedai tersebut dan kembali dengan cukup banyak daging untuk cinta.

"Ini untuk apa?"
"Ini untuk kamu.tadi kan kamu ga dapat ikan. Jadi aku kasih ini saja. Sebagai permintaan maaf atas tingkah laku tentara kami!"|
"Hm.. makasih ya..!"

(....bersambung...>>>)

Jumat, 05 November 2010

CINTA TERAKHIR (bag 1)

Edison berjalan dengan cepat berlari menghindari hujan lebat ketika ia sedang berjalan menuju rumahnya. Jalan tampak sepi, tak ada yang mau berada dalam kedinginan air hujan di saat malam hari. Hanya dia seorang diri dan seorang nenek yang sedang terduduk sambil menutupi tubuhnya dengan jas hujan yang ia pakai. Rambutnya sudah cukup putih sehingga dapat ditebak mungkin usianya telah mendekati nenek Edison sendiri.

Pria muda itu hanya menatap sang nenek yang terus melamun menepi di sebuah rumah makan yang telah tutup. Angin kencang dari tiupan pelabuhan yang tak jauh dari tempat mereka berteduh menambah dingin yang menusuk hingga Edison beberapa kali terlihat menggigil. Sang nenek yang telah rentan tersebut membuka tasnya. Lalu memberikan sebuah jas usang yang sama dengan apa yang ia pakai. Edison menatap jas hujan tua tersebut dengan sedikit ragu.

"Ayo dipakai nak, jangan sampai kamu masuk angin. Hujan kali ini cukup besar dan bisa membuat kamu masuk angin!"

Edison akhirnya luluh dan kembali memakai jas hujan yang sepertinya terbuat dari kalung beras. Dengan sedikit nada kecil ia mengucapkan terima kasih. Sang nenek tersenyum padanya.

"Kenapa malam malam begini masih di jalan?"

"Aku mau jalan pulang. Tadi di sekitar pelabuhan tidak hujan. Aku kerja sebagai part time disalah satu toko di sana. Nenek sendiri? Sedang apa di sini!?"

Nenek itu tersenyum , wajahnya yang menua sedikit terhias oleh sedikit make up yang ia gunakan.

"Nenek sedang menunggu seseorang. ?"

"Hah. Siapa cucu nenek, anak nenek atau suami nenek?"

"Bukan.. ?"

"Lalu siapa?"

"Pacar nenek. Nenek ini masih single.. belum punya suami. Anak ataupun cucu!"

Edison sedikit terkejut dengan jawaban sang nenek.

"Emangnya umur nenek ini berapa. Kok ngaku ngaku single sih, hehehe?"

"Eits.. jangan meledek ya. Nenek biar tua gini. Tapi jiwa masih muda. Umur nenek kira kira 81 tahun..?"

"Astaganaga... yang bener aja nek. Kok bisa sih?"

"Ya dong.. emang napa? Nenek-nenek ga boleh punya cinta pertama ya?"

"Ya boleh sih hehehe?"

Edison berkata dalam hati bagaimana usia sang kekasih bila nenek ini berumur 81 tahun dan ....

"Uda ga usah ngomong sendiri. Nenek masih punya nafas panjang dan tenaga buat cerita kalau kamu mau denger?"

"Wah.. mau sih.. jadi penasaran juga!"

"Yauda masuk ke dalam rumah nenek saja!"

"Rumah nenek dimana?"

"Ini..!" tunjuk nenek pada rumah yang ia gunakan untuk berteduh

Edison bertanya dalam hati mengapa nenek yang tua itu rela menunggu dibalik hujan hanya untuk kekasihnya. Ia memberikan tempat duduk dengan kursi lipat dan menyediakan sebuah kopi untuk Edison. Lalu nenek memberikan handuk kecil pada Edison. Edison mulai penasaran dan mulai melanjutkan sejuta pertanyaan.

"Emangnya nenek pacarnya ke mana?"

"Dulu sih bilang mau pulang kampong. Eh ditunggu-tunggu sampai sekarang! Dia ga datang datang tuh?"

"Uda berapa mang, Nek?"

"61 tahun...!"

"Astaganaga.. yang bener dong nek. Kalau bercanda lama amet. Aku aja sekarang baru usia 21 tahun. Masa 3 kali lipat dari usia aku ?

"Ya makanya denger dulu.. jadi ceritanya dimulai dari...!!"

(...bersambung..>>>>>>)

Kamis, 04 November 2010

Gadis Dengan Setangkai Mawar

John Blanford berdiri tegak dari bangku di Stasiun Kereta Api sambil melihat ke arah jarum jam, pukul 6 kurang 6 menit. John sedang menunggu seorang gadis yang dekat dalam hatinya tetapi tidak mengenal wajahnya, seorang gadis dengan setangkai mawar.
Lebih dari setahun yang lalu John membaca buku yang dipinjam dari Perpustakaan. Rasa ingin tahunya terpancing saat ia melihat coretan tangan yang halus di buku tersebut. Pemilik terdahulu buku tersebut adalah seorang gadis bernama Hollis Molleon. Hollis tinggal di New York dan John di Florida. John mencoba menghubungi sang gadis dan mengajaknya untuk saling bersurat. Beberapa hari kemudian, John dikirim ke medan perang, Perang Dunia II. Mereka terus saling menyurati selama hampir 1 tahun. Setiap surat seperti layaknya bibit yang jatuh di tanah yang subur dalam hati masing2 dan jalinan cinta merekapun tumbuh.
John berkali-kali meminta agar Hollis mengirimkannya sebuah foto. Tetapi sang gadis selalu menolak, kata sang gadis "Kalau perasaan cintamu tulus, John, bagaimanapun rupaku tidak akan merubah perasaan itu, kalau saya cantik, selama hidup saya akan bertanya-tanya apakah mungkin perasaanmu itu hanya karena saya cantik saja, kalau saya biasa2 atau cenderung jelek, saya takut kamu akan terus menulis hanya karena kesepian dan tidak ada orang lain lagi dimana kamu bisa mengadu. Jadi sebaiknya kamu tidak usah tahu bagaimana rupa saya. Sekembalinya kamu ke New York nanti kita akan bertemu muka. Pada saat itu kita akan bebas untuk menentukan apa yang akan kita lakukan."
Mereka berdua membuat janji untuk bertemu di Stasiun Pusat di New York pukul 6 sore setelah perang usai. "Kamu akan mengenali saya, John, karena saya akan menyematkan setangkai bunga mawar merah pada kerah bajuku", kata Nona Hollis.
Pukul 6 kurang 1 menit sang perwira muda semakin gelisah, tiba2 jantungnya hampir copot, dilihatnya seorang gadis yang sangat cantik berbaju hijau lewat di depannya, tubuhnya ramping, rambutnya pirang bergelombang, matanya biru seperti langit, luar biasa cantiknya.... Sang perwira mulai menyusul sang gadis, dia bahkan tidak menghiraukan kenyataan bahwa sang gadis tidak mengenakan bunga mawar seperti yang telah disepakati. Hanya tinggal 1 langkah lagi kemudian John melihat seorang wanita berusia 40 tahun mengenakan sekuntum mawar merah di kerahnya. "O....itu Hollis!!!!"
Rambutnya sudah mulai beruban dan agak gemuk. Gadis berbaju hijau hampir menghilang. Perasaan sang perwira mulai terasa terbagi 2 ingin lari mengejar sang gadis cantik tetapi pada sisi lain tidak ingin menghianati Hollis yang lembut dan telah setia menemaninya selama perang. Tanpa berpikir panjang, John berjalan menghampiri wanita yang berusia setengah baya itu dan menyapanya "Nama saya John Blanford, anda tentu saja Nona Hollis, bahagia sekali bisa bertemu dengan anda, maukah anda makan malam bersama saya?"
Sang wanita tersenyum ramah dan berkata "Anak muda, saya tidak tahu apa artinya semua ini, tetapi seorang gadis yang berbaju hijau yang baru saja lewat memaksa saya untuk mengenakan bunga mawar ini dan dia mengatakan kalau anda mengajak saya makan maka saya diminta untuk memberitahu anda bahwa dia menunggu anda di restoran di ujung jalan ini, katanya semua ini hanya ingin menguji anda."

Rabu, 03 November 2010

BAWA KEMBALI KERANJANGNYA

Suatu kali ada sepasang suami istri yang hidup serumah dengan ayah sang suami. Istrinya merasa ayah sang suami sudah sangat tua dan sangat merepotkan. Akhirnya pasangan tersebut memutuskan untuk mengenyahkannya.

Selagi orang tua tersebut tidur, sang suami memasukan ayahnya kedalam keranjang yang dipanggul dibahunya. Ketika ia sedang bersiap-siap meninggalkan rumah, anak laki-lakinya yang baru berusia delapan tahun muncul dan bertanya kepada ayahnya, “Ayah, kakek mau dibawa kemana?” Sang ayah menjawab bahwa ia bermaksud membawa kakek ke gunung agar ia bisa belajar hidup sendiri. Tiba-tiba anaknya berteriak, “Ayah, jangan lupa membawa pulang keranjangnya.”

Ayahnya merasa aneh, kemudian ia berhenti dan bertanya “Mengapa anakku?” Anak itu menjawab, “Aku memerlukannya untuk membawa ayah nanti kalau ayah sudah tua.”

Ayah anak kecil tersebut terkejut dan tersadarkan, lalu ia segera membawa kembali orang tua nya ke rumah dan sejak itu mereka merawat orang tua itu dengan penuh perhatian serta kasih saying.

Rawatlah orang tua kita selagi kita masih bersama mereka.

Selasa, 02 November 2010

Kisah si gadis kecil dan kotak emas

Di sebuah keluarga miskin, seorang ayah tampak kesal pada anak perempuannya yang berusia tiga tahun. Anak perempuannya baru saja menghabiskan uang untuk membeli kertas kado emas untuk membungkus sekotak kado.

Keesokan harinya, anak perempuan itu memberikan kado itu sebagai hadiah ulang tahun pada sang Ayah.

“Ini untuk ayah,” kata anak gadis itu.

Sang ayah tak jadi marah. Namun, ketika ia membuka kotak dan mendapatkan isinya kosong, meledaklah kemarahannya.

“Tak tahukah kau, kalau kau menghadiahi kado pada seseorang, kau harus memberi sebuah barang dalam kotak ini!”
Anak perempuan kecil itu menatap ayahnya dengan mata berkaca-kaca. Ia berkata terisak-isak, “Oh ayah, sesungguhnya aku telah meletakkan sesuatu ke dalam kotak itu.”
“Apa yang kau letakkan ke dalam kotak ini? Bukankah kau lihat kotak ini kosong?” bentak ayahnya.
“Oh ayah, sungguh aku telah meletakkan hampir ribuan ciuman untuk ayah ke dalam kotak itu,” bisik anak perempuan itu.

Sang ayah terperangah mendengar jawaban anak perempuan kecilnya. Ia lalu memeluk erat-erat anak perempuannya dan meminta maaf.

Konon, orang-orang menceritakan bahwa, pria itu selalu meletakkan kotak kado itu di pinggir tempat tidurnya sampai akhir hayat. Kapan pun ia mengalami kekecewaan, marah atau beban yang berat, ia membayangkan ada ribuan ciuman dalam kotak itu yang mengingatkan cinta anak perempuannya.

Dan sesungguhnya kita telah menerima sebuah kotak emas penuh berisi cinta tanpa pamrih dari orang tua, istri/suami, anak, pasangan, teman dan sahabat kita. Tak ada yang lebih indah dan berharga dalam hidup ini selain cinta.

Senin, 01 November 2010

CUKUP ITU BERAPA ?

Alkisah, seorang petani menemukan sebuah mata air ajaib.Mata air itu bisa mengeluarkan kepingan uang emas yang tidak terhingga banyaknya.

Mata air itu bisa membuat si petani menjadi kaya raya seberapapun yang diinginkannya, sebab kucuran uang emas itu baru akan berhenti bila si petani mengucapkan kata "cukup".

Seketika si petani terperangah melihat kepingan uang emas berjatuhan di depan hidungnya. Diambilnya beberapa ember untuk menampung uang kaget itu. Setelah semuanya penuh, dibawanya ke gubug mungilnya untuk disimpan disana.

Kucuran uang terus mengalir sementara si petani mengisi semua karungnya, seluruh tempayannya, bahkan mengisi penuh rumahnya. Masih kurang !

Dia menggali sebuah lubang besar untuk menimbun emasnya. Belum cukup, dia membiarkan mata air itu terus mengalir hingga akhirnya petani itu mati tertimbun bersama ketamakannya karena dia tak pernah bisa berkata cukup.

Kata yang paling sulit diucapkan oleh manusia barangkali adalah kata "cukup". Kapankah kita bisa berkata cukup ? Hampir semua pegawai merasa gajinya belum bisa dikatakan sepadan dengan kerja kerasnya.

• Pengusaha hampir selalu merasa pendapatan perusahaannya masih dibawah target.
• Istri mengeluh suaminya kurang perhatian.
• Suami berpendapat istrinya kurang pengertian.
• Anak – anak menganggap orang tuanya kurang murah hati.

• Semua merasa kurang dan kurang. Kapankah kita bisa berkata cukup ?

CUKUP BUKANLAH SOAL BERAPA JUMLAHNYA.

Cukup adalah persoalan kepuasan hati. Cukup hanya bisa diucapkan oleh orang yang bisa mensyukuri.

Tidak perlu takut berkata cukup. Mengucapkan kata cukup bukan berarti kita berhenti berusaha dan berkarya.

"Cukup" jangan diartikan sebagai kondisi stagnasi, mandeg dan berpuas diri.

Mengucapkan kata cukup membuat kita melihat apa yang telah kita terima, bukan apa yang belum kita dapatkan. Jangan biarkan kerakusan manusia membuat kita sulit berkata cukup.

Belajarlah mencukupkan diri dengan apa yang ada pada diri kita hari ini, maka kita akan menjadi manusia yang berbahagia. Belajarlah untuk berkata "Cukup"