Suatu ketika, ada sebuah roda yang kehilangan salah satu jari-jarinya. Ia tampak sedih.
Tanpa jari – jari yang lengkap, tentu, ia tak bisa lagi berjalan dengan lancar.
Hal ini terjadi saat ia melaju terlalu kencang ketika melintasi hutan. Karena terburu – buru, ia melupakan, ada satu jari – jari yang jatuh dan terlepas.
Kini sang roda pun bingung. Kemanakah hendak di cari satu bagian tubuhnya itu ?
Sang roda pun berbalik arah. Ia kembali menyusuri jejak – jejak yang pernah ia tinggalkannya.
Perlahan, di tapakinya jalan – jalan itu.
Satu demi satu di perhatikannya dengan seksama.
Setiap benda di amati dan di cermati, berharap, akan itemukannya jari – jari yang hilang itu.
Ditemuinya kembali rerumputan dan ilalang. Dihampirinya kembali bunga – bunga di tengah padang. Dikunjunginya kembali semut dan serangga kecil di jalalanan.
Dan dilewatinya lagi semua batu – batu dan kerikil – kerikil pualam. Hei... semuanya tampak lain.
Ya, sewaktu sang roda melintasi titik – titik kecil. Semuanya, tampak biasa dan tak istimewa.
Namun kini, semuanya tampak lebih indah. Rerumputan dan ilalang, tampak menyapanya dengan ramah.
Mereka kini tak lagi hanya berupa batang – batang yang kaku. Mereka tampak tersenyum, melambai tenang, bergoyang dan menyampaikan salam.
Ujung – ujung rumput itu, bergesek dengan lembut di sisi sang roda. Sang roda pun tersenyum dan melanjutkan pencariannya.
Bunga – bunga pun tampak lebih indah, harum dan semerbak, lebih terasa menyegarkan.
Kuntum – kuntum yang terbuka, menampilkan wajah yang cerah. Kelopak – kelopak yang tumbuh, menari, seakan bersorak pada sang roda.
Sang roda tertegun dan berhenti sebentar, Sang bunga pun merunduk, memberikan salam hormat.
Dengan perlahan, dilanjutkannya kembali perjalannya. Kini, semut dan serangga kecil itu, mulai berbaris, dan memberikan salam yang paling semarak.
Kaki – kaki mereka bertepuk, membunyikan keriangan yang meriah. Sayap – sayap itu bergetar, seakan ada ribuan gendering yang di tabuh. Mereka saling menyapa.
Dan, serangga itu pun memberikan salam, dan doa pada sang roda. Begitu pula batu dan kerikil pualam. Kilau yang hadir, tampak berbeda jika di lihat dari mata yang tergesa – gesa.
Mereka lebih indah, dan setiap sisi batu itu memancarkan kemilau yang teduh. Tak ada lagi sisi dan ujung yang tajam dari batu dan pualam, membuka jalan, memberikan kesempatan untuk melanjutkan perjalan.
Setelah lama berjalan, akhirnya, ditemukannya jari – jari yang hilang. Sang roda pun senang.
Dan ia berjanji, tak akan tergesa – gesa dan berjalan terlalu kencang dalam melakukan tugasnya.
NB :
Teman, begitulah hidup. Kita, seringkali berlaku seperti roda – roda yang berjalan terlalu kencang.
Kita sering melupakan, ada saat indah, yang terlewat di setiap kesempatan. Ada banyak hal – hal kecil yang sebetulnya meneyenangkan, namun kita lewatkan karena terburu – buru dan tergesa – gesa.
Hati kita, kadang, terlalu penuh dangan target – target, yang membuat kita hidup dalam kebimbangan dan ketergesaan.
Langkah – langkah kita, kadang selalu dalam keadaan panik dan lupa, bahwa di sekitar kita banyak sekali hikmah yang perlu di tekuni.
Seperti saat roda yang terlupa pada rumput, ilalang, semut, dan pualam, kita pun sebenarnya sedang terlupa pada hal – hal itu.
Teman, coba, susuri kembali jalan – jalan kita. Cermati, amati, dan perhatikan setiap hal yang pernah kita lewati.
Jumat, 07 Januari 2011
Selasa, 04 Januari 2011
Rantai Gajah
Standar pelatihan gajah sirkus :
Ketika masih kecil, gajah sirkus dirantai kakinya. Setiap akan jalan melangkah, dia terjatuh tertahan rantai, tersungkur.
Setelah berkali kali tersungkur, dia tidak lagi berani berjalan bila ada rantai di kakinya.
Setelah dewasa, bila ada rantai di kakinya maka gajah itupun tidak akan berani berjalan lagi. Padahal badan nya sudah berubah besar dan tenaganya hebat dan pasti rantai itu tidak akan mampu menahannya.
Sang gajah tidak berani mencoba berjalan lagi karena dalam ingatannya, dia akan tersungkur bila mencoba. Di otaknya ada rantai. Kakinya bisa dengan mudah merdeka, tetapi jiwanya terantai.
Kita dibentuk oleh rantai – rantai kaki dalam hidup kita. Keyakinan orang – orang sekeliling kita, adat istiadat kita, ajaran dan pendidikan kita, menjadi rantai pengatur hidup kita dan kita tidak perduli lagi walau itu telah usang dan tidak benar lagi pada saat ini.
Setiap manusia berada pada penjara pengalamannya sendiri. Ketakutan dan kekhawatiran dan pembatasan terjadi karena kita terbentuk oleh masa lalu kita. Kita telah ditakdirkan berada didalam penjara jiwa kita.
Yang tidak kita sadari adalah pintu penjara sebenarnya telah lama bisa dibuka, gemboknya sudah terbuang tetapi kita tidak lagi pernah mencoba membuka pintu itu, dengan asumsi bahwa kita pasti tidak mampu membukanya karena dulu kita tidak pernah mampu membukanya. Kita salah, seperti juga sang gajah. Sudah waktunya kita keluar dari penjara kita. Kapan ??? Sekarang !!!.
Ketika masih kecil, gajah sirkus dirantai kakinya. Setiap akan jalan melangkah, dia terjatuh tertahan rantai, tersungkur.
Setelah berkali kali tersungkur, dia tidak lagi berani berjalan bila ada rantai di kakinya.
Setelah dewasa, bila ada rantai di kakinya maka gajah itupun tidak akan berani berjalan lagi. Padahal badan nya sudah berubah besar dan tenaganya hebat dan pasti rantai itu tidak akan mampu menahannya.
Sang gajah tidak berani mencoba berjalan lagi karena dalam ingatannya, dia akan tersungkur bila mencoba. Di otaknya ada rantai. Kakinya bisa dengan mudah merdeka, tetapi jiwanya terantai.
Kita dibentuk oleh rantai – rantai kaki dalam hidup kita. Keyakinan orang – orang sekeliling kita, adat istiadat kita, ajaran dan pendidikan kita, menjadi rantai pengatur hidup kita dan kita tidak perduli lagi walau itu telah usang dan tidak benar lagi pada saat ini.
Setiap manusia berada pada penjara pengalamannya sendiri. Ketakutan dan kekhawatiran dan pembatasan terjadi karena kita terbentuk oleh masa lalu kita. Kita telah ditakdirkan berada didalam penjara jiwa kita.
Yang tidak kita sadari adalah pintu penjara sebenarnya telah lama bisa dibuka, gemboknya sudah terbuang tetapi kita tidak lagi pernah mencoba membuka pintu itu, dengan asumsi bahwa kita pasti tidak mampu membukanya karena dulu kita tidak pernah mampu membukanya. Kita salah, seperti juga sang gajah. Sudah waktunya kita keluar dari penjara kita. Kapan ??? Sekarang !!!.
Sabtu, 01 Januari 2011
Elang dan Kalkun
Konon di satu saat yang telah lama berlalu, Elang dan Kalkun adalah burung yang menjadi teman yang baik. Dimanapun mereka berada, kedua teman selalu pergi bersama – sama. Tidak aneh bagi manusia untuk melihat Elang dan Kalkun terbang bersebelahan melintasi udara bebas.
Satu hari ketika mereka terbang, Kalkun berbicara pada Elang, : “Mari kita turun dan mendapatkan sesuatu untuk dimakan. Perut saya sudah keroncongan nih !”. Elang membalas, : “Kedengarannya ide yang bagus”.
Jadi kedua burung melayang turun ke bumi, melihat beberapa binatang lain sedang makan dan memutuskan bergabung dengan mereka. Mereka mendarat dekat dengan seekor Sapi. Sapi ini tengah sibuk makan jagung, namun sewaktu memperhatikan bahwa ada Elang dan Kalkun sedang berdiri dekat dengannya, Sapi berkata, : “Selamat datang, silakan cicipi jagung manis ini”.
Ajakan ini membuat kedua burung ini terkejut. Mereka tidak biasa jika ada binatang lain berbagi soal makanan mereka dengan mudahnya. Elang bertanya, : “Mengapa kamu bersedia membagikan jagung milikmu bagi kami ?”. Sapi menjawab, : “Oh, kami punya banyak makanan disini. Tuan Petani memberikan kami apapun yang kami inginkan”. Dengan undangan itu, Elang dan Kalkun menjadi terkejut dan menelan ludah. Sebelum selesai, Kalkun menanyakan lebih jauh tentang Tuan Petani.
Sapi menjawab, : “Yach, dia menumbuhkan sendiri semua makanan kami. Kami sama sekali tidak perlu bekerja untuk makanan”. Kalkun tambah bingung, : “Maksud kamu, Tuan Petani itu memberikan padamu semua yang ingin kamu makan ?”. Sapi menjawab, : “Tepat sekali !. Tidak hanya itu, dia juga memberikan pada kami tempat untuk tinggal” Elang dan Kalkun menjadi syok berat !. Mereka belum pernah mendengar hal seperti ini. Mereka selalu harus mencari makanan dan bekerja untuk mencari naungan.
Ketika datang waktunya untuk meninggalkan tempat itu, Kalkun dan Elang mulai berdiskusi lagi tentang situasi ini. Kalkun berkata pada Elang, : “Mungkin kita harus tinggal disini. Kita bisa mendapatkan semua makanan yang kita inginkan tanpa perlu bekerja. Dan gudang yang disana cocok dijadikan sarang seperti yang telah pernah kita bangun. Disamping itu, saya telah lelah bila harus selalu bekerja untuk dapat hidup”
Elang juga goyah dengan pengalaman ini, : “Saya tidak tahu tentang semua ini. Kedengarannya terlalu baik untuk diterima. Saya menemukan semua ini sulit untuk dipercaya bahwa ada pihak yang mendapat sesuatu tanpa imbalan. Disamping itu, saya lebih suka terbang tinggi dan bebas mengarungi langit luas. Dan bekerja untuk menyediakan makanan dan tempat bernaung tidaklah terlalu buruk. Pada kenyataannya, saya menemukan hal itu sebagai tantangan menarik”.
Akhirnya, setelah Kalkun memikirkan semuanya, memutuskan untuk menetap dimana ada makanan gratis dan juga naungan. Namun Elang memutuskan bahwa dia amat mencintai kemerdekaannya dibanding menyerahkannya begitu saja. Dia menikmati tantangan rutin yang membuatnya hidup. Jadi setelah mengucapkan selamat berpisah untuk teman lamanya Si Kalkun, Elang menetapkan penerbangan untuk petualangan baru yang dia tidak ketahui bagaimana ke depannya.
Semuanya berjalan baik bagi Si Kalkun. Dia makan semua yang dia inginkan. Dia tidak pernah bekerja. Dia tumbuh menjadi burung gemuk dan malas. Namun suatu hari, dia mendengar istri Tuan Petani menyebutkan bahwa Hari raya Thanks giving akan datang beberapa hari lagi dan alangkah indahnya jika ada hidangan Kalkun panggang untuk makan malam. Mendengar hal itu, Si Kalkun memutuskan sudah waktunya untuk pergi dari pertanian itu dan bergabung kembali dengan teman baiknya, si Elang.
Namun ketika dia berusaha untuk terbang, dia menemukan bahwa dia telah tumbuh terlalu gemuk dan malas. Bukannya dapat terbang, dia justru hanya bisa mengepak – ngepakkan sayapnya. Akhirnya, di Hari Thanks giving keluarga Tuan Petani duduk bersama menghadapi panggang daging Kalkun besar yang sedap.
Ketika anda menyerah pada tantangan hidup dalam pencarian keamanan, anda mungkin sedang menyerahkan kemerdekaan anda…Dan Anda akan menyesalinya setelah segalanya berlalu dan tidak ada KESEMPATAN lagi…
Seperti pepatah kuno “selalu ada keju gratis dalam perangkap tikus”.
Satu hari ketika mereka terbang, Kalkun berbicara pada Elang, : “Mari kita turun dan mendapatkan sesuatu untuk dimakan. Perut saya sudah keroncongan nih !”. Elang membalas, : “Kedengarannya ide yang bagus”.
Jadi kedua burung melayang turun ke bumi, melihat beberapa binatang lain sedang makan dan memutuskan bergabung dengan mereka. Mereka mendarat dekat dengan seekor Sapi. Sapi ini tengah sibuk makan jagung, namun sewaktu memperhatikan bahwa ada Elang dan Kalkun sedang berdiri dekat dengannya, Sapi berkata, : “Selamat datang, silakan cicipi jagung manis ini”.
Ajakan ini membuat kedua burung ini terkejut. Mereka tidak biasa jika ada binatang lain berbagi soal makanan mereka dengan mudahnya. Elang bertanya, : “Mengapa kamu bersedia membagikan jagung milikmu bagi kami ?”. Sapi menjawab, : “Oh, kami punya banyak makanan disini. Tuan Petani memberikan kami apapun yang kami inginkan”. Dengan undangan itu, Elang dan Kalkun menjadi terkejut dan menelan ludah. Sebelum selesai, Kalkun menanyakan lebih jauh tentang Tuan Petani.
Sapi menjawab, : “Yach, dia menumbuhkan sendiri semua makanan kami. Kami sama sekali tidak perlu bekerja untuk makanan”. Kalkun tambah bingung, : “Maksud kamu, Tuan Petani itu memberikan padamu semua yang ingin kamu makan ?”. Sapi menjawab, : “Tepat sekali !. Tidak hanya itu, dia juga memberikan pada kami tempat untuk tinggal” Elang dan Kalkun menjadi syok berat !. Mereka belum pernah mendengar hal seperti ini. Mereka selalu harus mencari makanan dan bekerja untuk mencari naungan.
Ketika datang waktunya untuk meninggalkan tempat itu, Kalkun dan Elang mulai berdiskusi lagi tentang situasi ini. Kalkun berkata pada Elang, : “Mungkin kita harus tinggal disini. Kita bisa mendapatkan semua makanan yang kita inginkan tanpa perlu bekerja. Dan gudang yang disana cocok dijadikan sarang seperti yang telah pernah kita bangun. Disamping itu, saya telah lelah bila harus selalu bekerja untuk dapat hidup”
Elang juga goyah dengan pengalaman ini, : “Saya tidak tahu tentang semua ini. Kedengarannya terlalu baik untuk diterima. Saya menemukan semua ini sulit untuk dipercaya bahwa ada pihak yang mendapat sesuatu tanpa imbalan. Disamping itu, saya lebih suka terbang tinggi dan bebas mengarungi langit luas. Dan bekerja untuk menyediakan makanan dan tempat bernaung tidaklah terlalu buruk. Pada kenyataannya, saya menemukan hal itu sebagai tantangan menarik”.
Akhirnya, setelah Kalkun memikirkan semuanya, memutuskan untuk menetap dimana ada makanan gratis dan juga naungan. Namun Elang memutuskan bahwa dia amat mencintai kemerdekaannya dibanding menyerahkannya begitu saja. Dia menikmati tantangan rutin yang membuatnya hidup. Jadi setelah mengucapkan selamat berpisah untuk teman lamanya Si Kalkun, Elang menetapkan penerbangan untuk petualangan baru yang dia tidak ketahui bagaimana ke depannya.
Semuanya berjalan baik bagi Si Kalkun. Dia makan semua yang dia inginkan. Dia tidak pernah bekerja. Dia tumbuh menjadi burung gemuk dan malas. Namun suatu hari, dia mendengar istri Tuan Petani menyebutkan bahwa Hari raya Thanks giving akan datang beberapa hari lagi dan alangkah indahnya jika ada hidangan Kalkun panggang untuk makan malam. Mendengar hal itu, Si Kalkun memutuskan sudah waktunya untuk pergi dari pertanian itu dan bergabung kembali dengan teman baiknya, si Elang.
Namun ketika dia berusaha untuk terbang, dia menemukan bahwa dia telah tumbuh terlalu gemuk dan malas. Bukannya dapat terbang, dia justru hanya bisa mengepak – ngepakkan sayapnya. Akhirnya, di Hari Thanks giving keluarga Tuan Petani duduk bersama menghadapi panggang daging Kalkun besar yang sedap.
Ketika anda menyerah pada tantangan hidup dalam pencarian keamanan, anda mungkin sedang menyerahkan kemerdekaan anda…Dan Anda akan menyesalinya setelah segalanya berlalu dan tidak ada KESEMPATAN lagi…
Seperti pepatah kuno “selalu ada keju gratis dalam perangkap tikus”.
Senin, 27 Desember 2010
Dimanakah kebahagiaan ?
Suatu hari seorang ayah dan anaknya sedang duduk berbincang bincang di tepi sungai. Kata ayah kepada anaknya, : “Lihatlah anakku, air begitu penting dalam kehidupan ini, tanpa air kita semua akan mati”
Pada saat yang bersamaan, seekor ikan kecil mendengarkan percakapan itu dari bawah permukaan air, dia mendadak menjadi gelisah dan ingin tahu apakah air itu, yang katanya begitu penting dalam kehidupan ini.
Ikan kecil itu berenang dari hulu sampai ke hilir sungai sambil bertanya kepada setiap ikan yang ditemuinya, : “Hai, tahukah kamu dimana air ? Aku telah mendengar percakapan manusia bahwa tanpa air kehidupan akan mati”
Ternyata semua ikan tidak mengetahui dimana air itu, si ikan kecil semakin gelisah, lalu dia berenang menuju mata air untuk bertemu dengan ikan sepuh yang sudah berpengalaman, kepada ikan sepuh itu ikan kecil ini menanyakan hal serupa, : “Dimanakah air ?”
Jawab ikan sepuh, : “Tidak usah gelisah anakku, air itu telah mengelilingimu sehingga kamu bahkan tidak menyadari kehadirannya. Memang benar, tanpa air kita akan mati”
Mungkin saya, anda dan orang – orang disekitar kita kadang – kadang mengalami situasi seperti si ikan kecil. Kita mencari kesana kemari tentang kehidupan dan kebahagiaan, padahal kita sedang menjalaninya bahkan kebahagiaan itu sedang melingkupi kita semua sampai – sampai kita tidak tidak menyadarinya.
Pada saat yang bersamaan, seekor ikan kecil mendengarkan percakapan itu dari bawah permukaan air, dia mendadak menjadi gelisah dan ingin tahu apakah air itu, yang katanya begitu penting dalam kehidupan ini.
Ikan kecil itu berenang dari hulu sampai ke hilir sungai sambil bertanya kepada setiap ikan yang ditemuinya, : “Hai, tahukah kamu dimana air ? Aku telah mendengar percakapan manusia bahwa tanpa air kehidupan akan mati”
Ternyata semua ikan tidak mengetahui dimana air itu, si ikan kecil semakin gelisah, lalu dia berenang menuju mata air untuk bertemu dengan ikan sepuh yang sudah berpengalaman, kepada ikan sepuh itu ikan kecil ini menanyakan hal serupa, : “Dimanakah air ?”
Jawab ikan sepuh, : “Tidak usah gelisah anakku, air itu telah mengelilingimu sehingga kamu bahkan tidak menyadari kehadirannya. Memang benar, tanpa air kita akan mati”
Mungkin saya, anda dan orang – orang disekitar kita kadang – kadang mengalami situasi seperti si ikan kecil. Kita mencari kesana kemari tentang kehidupan dan kebahagiaan, padahal kita sedang menjalaninya bahkan kebahagiaan itu sedang melingkupi kita semua sampai – sampai kita tidak tidak menyadarinya.
Kamis, 23 Desember 2010
Kebohongan Seorang Ibu
Dalam kehidupan kita sehari – hari, kita percaya bahwa kebohongan akan membuat manusia terpuruk dalam penderitaan yang mendalam tetapi kisah ini justru sebaliknya.
Dengan adanya kebohongan ini, makna sesungguhnya dari kebohongan ini justru dapat membuka mata kita dan terbebas dari penderitaan, ibarat sebuah energi yang mampu mendorong mekarnya sekuntum bunga yang paling indah di dunia.
Cerita bermula ketika aku masih kecil, aku terlahir sebagai seorang anak laki – laki di sebuah keluarga yang miskin. Bahkan untuk makan saja, seringkali kekurangan. Ketika makan, ibu sering memberikan porsi nasinya untukku. Sambil memindahkan nasi ke mangkukku, ibu berkata : "Makanlah nak, aku tidak lapar"
# KEBOHONGAN IBU YANG PERTAMA
Ketika saya mulai tumbuh dewasa, ibu yang gigih sering meluangkan waktu senggangnya untuk pergi memancing di kolam dekat rumah. Ibu berharap dari ikan hasil pancingan, ia bisa memberikan sedikit makanan bergizi untuk petumbuhan.
Sepulang memancing, ibu memasak sup ikan yang segar dan mengundang selera. Sewaktu aku memakan sup ikan itu, ibu duduk di sampingku dan memakan sisa daging ikan yang masih menempel di tulang yang merupakan bekas sisa tulang ikan yang aku makan.
Aku melihat ibu seperti itu, hati juga tersentuh, lalu menggunakan sumpitku dan memberikannya kepada ibuku. Tetapi ibu dengan cepat menolaknya, ia berkata : "Makanlah nak, aku tidak suka makan ikan"
# KEBOHONGAN IBU YANG KEDUA
Sekarang aku sudah masuk SMP, demi membiayai sekolah abang dan kakakku, ibu pergi ke koperasi untuk membawa sejumlah kotak korek api untuk ditempel, dan hasil tempelannya itu membuahkan sedikit uang untuk menutupi kebutuhan hidup.
Di kala musim dingin tiba, aku bangun dari tempat tidurku, melihat ibu masih bertumpu pada lilin kecil dan dengan gigihnya melanjutkan pekerjaannya menempel kotak korek api. Aku berkata : "Ibu, tidurlah, udah malam, besok pagi ibu masih harus kerja." Ibu tersenyum dan berkata : "Cepatlah tidur nak, aku tidak capek"
# KEBOHONGAN IBU YANG KETIGA
Ketika ujian tiba, ibu meminta cuti kerja supaya dapat menemaniku pergi ujian. Ketika hari sudah siang, terik matahari mulai menyinari, ibu yang tegar dan gigih menunggu aku di bawah terik matahari selama beberapa jam. Ketika bunyi lonceng berbunyi menandakan ujian sudah selesai, Ibu dengan segera menyambutku dan menuangkan teh yang sudah disiapkan dalam botol yang dingin untukku.
Teh yang begitu kental tidak dapat dibandingkan dengan kasih sayang yang jauh lebih kental. Melihat ibu yang dibanjiri peluh, aku segera memberikan gelasku untuk ibu sambil menyuruhnya minum. Ibu berkata : "Minumlah nak, aku tidak haus !"
# KEBOHONGAN IBU YANG KEEMPAT
Setelah kepergian ayah karena sakit, ibu yang malang harus merangkap sebagai ayah dan ibu. Dengan berpegang pada pekerjaan dia yang dulu, dia harus membiayai kebutuhan hidup sendiri. Kehidupan keluarga kita pun semakin susah dan susah.
Tiada hari tanpa penderitaan. Melihat kondisi keluarga yang semakin parah, ada seorang paman yang baik hati yang tinggal di dekat rumahku pun membantu ibuku baik masalah besar maupun masalah kecil. Tetangga yang ada di sebelah rumah melihat kehidupan kita yang begitu sengsara, seringkali menasehati ibuku untuk menikah lagi. Tetapi ibu yang memang keras kepala tidak mengindahkan nasehat mereka, ibu berkata : "Saya tidak butuh cinta"
# KEBOHONGAN IBU YANG KELIMA
Setelah aku, kakakku dan abangku semuanya sudah tamat dari sekolah dan bekerja, ibu yang sudah tua sudah waktunya pensiun. Tetapi ibu tidak mau, ia rela untuk pergi ke pasar setiap pagi untuk jualan sedikit sayur untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.
Kakakku dan abangku yang bekerja di luar kota sering mengirimkan sedikit uang untuk membantu memenuhi kebutuhan ibu, tetapi ibu bersikukuh tidak mau menerima uang tersebut. Malahan mengirim balik uang tersebut. Ibu berkata : "Saya punya duit"
# KEBOHONGAN IBU YANG KEENAM
Setelah lulus dari S1, aku pun melanjutkan studi ke S2 dan kemudian memperoleh gelar master di sebuah universitas ternama di Amerika berkat sebuah beasiswa di sebuah perusahaan.
Akhirnya aku pun bekerja di perusahaan itu. Dengan gaji yang lumayan tinggi, aku bermaksud membawa ibuku untuk menikmati hidup di Amerika. Tetapi ibu yang baik hati, bermaksud tidak mau merepotkan anaknya, ia berkata kepadaku "Aku tidak terbiasa"
# KEBOHONGAN IBU YANG KETUJUH
Setelah memasuki usianya yang tua, ibu terkena penyakit kanker lambung, harus dirawat di rumah sakit, aku yang berada jauh di seberang samudra atlantik langsung segera pulang untuk menjenguk ibunda tercinta. Aku melihat ibu yang terbaring lemah di ranjangnya setelah menjalani operasi.
Ibu yang keliatan sangat tua, menatap aku dengan penuh kerinduan. Walaupun senyum yang tersebar di wajahnya terkesan agak kaku karena sakit yang ditahannya. Terlihat dengan jelas betapa penyakit itu menjamahi tubuh ibuku sehingga ibuku terlihat lemah dan kurus kering.
Aku sambil menatap ibuku sambil berlinang air mata. Hatiku perih, sakit sekali melihat ibuku dalam kondisi seperti ini. Tetapi ibu dengan tegarnya berkata : "Jangan menangis anakku, aku tidak kesakitan"
# KEBOHONGAN IBU YANG KEDELAPAN.
Setelah mengucapkan kebohongannya yang kedelapan, ibuku tercinta menutup matanya untuk yang terakhir kalinya.
Dari cerita di atas, saya percaya teman – teman sekalian pasti merasa tersentuh dan ingin sekali mengucapkan : " Terima kasih ibu ! " Coba dipikir – pikir teman, sudah berapa lamakah kita tidak menelepon ayah ibu kita ? Sudah berapa lamakah kita tidak menghabiskan waktu kita untuk berbincang dengan ayah ibu kita ?
Di tengah – tengah aktivitas kita yang padat ini, kita selalu mempunyai beribu – ribu alasan untuk meninggalkan ayah ibu kita yang kesepian. Kita selalu lupa akan ayah dan ibu yang ada di rumah.
Jika dibandingkan dengan pacar kita, kita pasti lebih peduli dengan pacar kita. Buktinya, kita selalu cemas akan kabar pacar kita, cemas apakah dia sudah makan atau belum, cemas apakah dia bahagia bila di samping kita. Namun, apakah kita semua pernah mencemaskan kabar dari ortu kita ?
Cemas apakah ortu kita sudah makan atau belum ? Cemas apakah ortu kita sudah bahagia atau belum? Apakah ini benar ? Kalau ya, coba kita renungkan kembali lagi. Di waktu kita masih mempunyai kesempatan untuk membalas budi ortu kita, lakukanlah yang terbaik.
Jangan sampai ada kata "MENYESAL" di kemudian hari.
Dengan adanya kebohongan ini, makna sesungguhnya dari kebohongan ini justru dapat membuka mata kita dan terbebas dari penderitaan, ibarat sebuah energi yang mampu mendorong mekarnya sekuntum bunga yang paling indah di dunia.
Cerita bermula ketika aku masih kecil, aku terlahir sebagai seorang anak laki – laki di sebuah keluarga yang miskin. Bahkan untuk makan saja, seringkali kekurangan. Ketika makan, ibu sering memberikan porsi nasinya untukku. Sambil memindahkan nasi ke mangkukku, ibu berkata : "Makanlah nak, aku tidak lapar"
# KEBOHONGAN IBU YANG PERTAMA
Ketika saya mulai tumbuh dewasa, ibu yang gigih sering meluangkan waktu senggangnya untuk pergi memancing di kolam dekat rumah. Ibu berharap dari ikan hasil pancingan, ia bisa memberikan sedikit makanan bergizi untuk petumbuhan.
Sepulang memancing, ibu memasak sup ikan yang segar dan mengundang selera. Sewaktu aku memakan sup ikan itu, ibu duduk di sampingku dan memakan sisa daging ikan yang masih menempel di tulang yang merupakan bekas sisa tulang ikan yang aku makan.
Aku melihat ibu seperti itu, hati juga tersentuh, lalu menggunakan sumpitku dan memberikannya kepada ibuku. Tetapi ibu dengan cepat menolaknya, ia berkata : "Makanlah nak, aku tidak suka makan ikan"
# KEBOHONGAN IBU YANG KEDUA
Sekarang aku sudah masuk SMP, demi membiayai sekolah abang dan kakakku, ibu pergi ke koperasi untuk membawa sejumlah kotak korek api untuk ditempel, dan hasil tempelannya itu membuahkan sedikit uang untuk menutupi kebutuhan hidup.
Di kala musim dingin tiba, aku bangun dari tempat tidurku, melihat ibu masih bertumpu pada lilin kecil dan dengan gigihnya melanjutkan pekerjaannya menempel kotak korek api. Aku berkata : "Ibu, tidurlah, udah malam, besok pagi ibu masih harus kerja." Ibu tersenyum dan berkata : "Cepatlah tidur nak, aku tidak capek"
# KEBOHONGAN IBU YANG KETIGA
Ketika ujian tiba, ibu meminta cuti kerja supaya dapat menemaniku pergi ujian. Ketika hari sudah siang, terik matahari mulai menyinari, ibu yang tegar dan gigih menunggu aku di bawah terik matahari selama beberapa jam. Ketika bunyi lonceng berbunyi menandakan ujian sudah selesai, Ibu dengan segera menyambutku dan menuangkan teh yang sudah disiapkan dalam botol yang dingin untukku.
Teh yang begitu kental tidak dapat dibandingkan dengan kasih sayang yang jauh lebih kental. Melihat ibu yang dibanjiri peluh, aku segera memberikan gelasku untuk ibu sambil menyuruhnya minum. Ibu berkata : "Minumlah nak, aku tidak haus !"
# KEBOHONGAN IBU YANG KEEMPAT
Setelah kepergian ayah karena sakit, ibu yang malang harus merangkap sebagai ayah dan ibu. Dengan berpegang pada pekerjaan dia yang dulu, dia harus membiayai kebutuhan hidup sendiri. Kehidupan keluarga kita pun semakin susah dan susah.
Tiada hari tanpa penderitaan. Melihat kondisi keluarga yang semakin parah, ada seorang paman yang baik hati yang tinggal di dekat rumahku pun membantu ibuku baik masalah besar maupun masalah kecil. Tetangga yang ada di sebelah rumah melihat kehidupan kita yang begitu sengsara, seringkali menasehati ibuku untuk menikah lagi. Tetapi ibu yang memang keras kepala tidak mengindahkan nasehat mereka, ibu berkata : "Saya tidak butuh cinta"
# KEBOHONGAN IBU YANG KELIMA
Setelah aku, kakakku dan abangku semuanya sudah tamat dari sekolah dan bekerja, ibu yang sudah tua sudah waktunya pensiun. Tetapi ibu tidak mau, ia rela untuk pergi ke pasar setiap pagi untuk jualan sedikit sayur untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.
Kakakku dan abangku yang bekerja di luar kota sering mengirimkan sedikit uang untuk membantu memenuhi kebutuhan ibu, tetapi ibu bersikukuh tidak mau menerima uang tersebut. Malahan mengirim balik uang tersebut. Ibu berkata : "Saya punya duit"
# KEBOHONGAN IBU YANG KEENAM
Setelah lulus dari S1, aku pun melanjutkan studi ke S2 dan kemudian memperoleh gelar master di sebuah universitas ternama di Amerika berkat sebuah beasiswa di sebuah perusahaan.
Akhirnya aku pun bekerja di perusahaan itu. Dengan gaji yang lumayan tinggi, aku bermaksud membawa ibuku untuk menikmati hidup di Amerika. Tetapi ibu yang baik hati, bermaksud tidak mau merepotkan anaknya, ia berkata kepadaku "Aku tidak terbiasa"
# KEBOHONGAN IBU YANG KETUJUH
Setelah memasuki usianya yang tua, ibu terkena penyakit kanker lambung, harus dirawat di rumah sakit, aku yang berada jauh di seberang samudra atlantik langsung segera pulang untuk menjenguk ibunda tercinta. Aku melihat ibu yang terbaring lemah di ranjangnya setelah menjalani operasi.
Ibu yang keliatan sangat tua, menatap aku dengan penuh kerinduan. Walaupun senyum yang tersebar di wajahnya terkesan agak kaku karena sakit yang ditahannya. Terlihat dengan jelas betapa penyakit itu menjamahi tubuh ibuku sehingga ibuku terlihat lemah dan kurus kering.
Aku sambil menatap ibuku sambil berlinang air mata. Hatiku perih, sakit sekali melihat ibuku dalam kondisi seperti ini. Tetapi ibu dengan tegarnya berkata : "Jangan menangis anakku, aku tidak kesakitan"
# KEBOHONGAN IBU YANG KEDELAPAN.
Setelah mengucapkan kebohongannya yang kedelapan, ibuku tercinta menutup matanya untuk yang terakhir kalinya.
Dari cerita di atas, saya percaya teman – teman sekalian pasti merasa tersentuh dan ingin sekali mengucapkan : " Terima kasih ibu ! " Coba dipikir – pikir teman, sudah berapa lamakah kita tidak menelepon ayah ibu kita ? Sudah berapa lamakah kita tidak menghabiskan waktu kita untuk berbincang dengan ayah ibu kita ?
Di tengah – tengah aktivitas kita yang padat ini, kita selalu mempunyai beribu – ribu alasan untuk meninggalkan ayah ibu kita yang kesepian. Kita selalu lupa akan ayah dan ibu yang ada di rumah.
Jika dibandingkan dengan pacar kita, kita pasti lebih peduli dengan pacar kita. Buktinya, kita selalu cemas akan kabar pacar kita, cemas apakah dia sudah makan atau belum, cemas apakah dia bahagia bila di samping kita. Namun, apakah kita semua pernah mencemaskan kabar dari ortu kita ?
Cemas apakah ortu kita sudah makan atau belum ? Cemas apakah ortu kita sudah bahagia atau belum? Apakah ini benar ? Kalau ya, coba kita renungkan kembali lagi. Di waktu kita masih mempunyai kesempatan untuk membalas budi ortu kita, lakukanlah yang terbaik.
Jangan sampai ada kata "MENYESAL" di kemudian hari.
Minggu, 19 Desember 2010
Ketika Mencintai Seseorang...
Jika kamu memancing ikan....
Setelah ikan itu terlekat di mata kail, hendaklah kamu mengambil ikan itu....
Janganlah sesekali kamu melepaskannya kembali ke dalam air begitu saja....
Karena ia akan sakit oleh karena ketajaman mata kailmu dan mungkin ia akan menderita selagi ia masih hidup.
Begitulah juga setelah kamu memberi banyak pengharapan kepada seseorang...
Setelah ia mulai menyayangimu, hendaklah kamu menjaga hatinya....
Janganlah sesekali kamu meninggalkannya begitu saja....
Karena dia akan terluka oleh kenangan bersamamu dan mungkin tidak akan dapat melupakan segalanya selagi dia mengingatmu. ...
Jika kamu menadah air, biarlah mendapat sedapatnya,
jangan terlalumengharap pada kedalaman lengkungannya dan janganlah menganggap wadah itu
begitu kokoh cukuplah menadah sesuai kebutuhanmu. ...
Apabila wadah itu sekali retak....
tentu sukar bagi kamu untuk menambalnya kembali menjadi seperti semula....
Akhirnya kamu akan membuangnya. ...
Sedangkan jika kamu mencoba memperbaikinya, mungkin kamu masih dapat mempergunakannya lagi....
Begitu juga jika kamu memiliki seseorang, terimalah seadanya....
Janganlah kamu terlalu mengaguminya dan janganlah kamu menganggapnya begitu istimewa.... ......
Anggaplah dia manusia biasa....
Bila tidak, apabila sekali dia melakukan kesilapan, tidak mudah bagi kamu untuk menerimanya.
...akhirnya kamu akan kecewa dan meninggalkannya
Sedangkan jika kamu memaafkannya, boleh jadi hubungan kamu akan terus hingga ke akhir hayat....
Jika kamu telah memiliki sepiring nasi, punyamu pastilah yang terbaik untuk dirimu mengenyangkan dan berkhasiat.
Mengapa kamu lengah, mencoba mencari makanan yang lain..
Terlalu ingin mengejar kelezatan.
Kelak, nasi itu akan basi dan kamu tidak boleh memakannya.
Dan kamu akan menyesal.
Begitu juga jika kamu telah bertemu dengan seorang kekasih.....
kekasihmu itu pasti membawa kebaikan kepada dirimu.
Menyayangimu dan mengasihimu. ..
Mengapa kamu berlengah, mencoba membandingkannya dengan yang lain.
Mungkin tanpa sadar kamu terlalu mengejar kesempurnaan.
Kelak, kamu akan kehilangannya apabila dia menjadi milik orang lain dan
Kamu juga yang akan menyesal.
Setelah ikan itu terlekat di mata kail, hendaklah kamu mengambil ikan itu....
Janganlah sesekali kamu melepaskannya kembali ke dalam air begitu saja....
Karena ia akan sakit oleh karena ketajaman mata kailmu dan mungkin ia akan menderita selagi ia masih hidup.
Begitulah juga setelah kamu memberi banyak pengharapan kepada seseorang...
Setelah ia mulai menyayangimu, hendaklah kamu menjaga hatinya....
Janganlah sesekali kamu meninggalkannya begitu saja....
Karena dia akan terluka oleh kenangan bersamamu dan mungkin tidak akan dapat melupakan segalanya selagi dia mengingatmu. ...
Jika kamu menadah air, biarlah mendapat sedapatnya,
jangan terlalumengharap pada kedalaman lengkungannya dan janganlah menganggap wadah itu
begitu kokoh cukuplah menadah sesuai kebutuhanmu. ...
Apabila wadah itu sekali retak....
tentu sukar bagi kamu untuk menambalnya kembali menjadi seperti semula....
Akhirnya kamu akan membuangnya. ...
Sedangkan jika kamu mencoba memperbaikinya, mungkin kamu masih dapat mempergunakannya lagi....
Begitu juga jika kamu memiliki seseorang, terimalah seadanya....
Janganlah kamu terlalu mengaguminya dan janganlah kamu menganggapnya begitu istimewa.... ......
Anggaplah dia manusia biasa....
Bila tidak, apabila sekali dia melakukan kesilapan, tidak mudah bagi kamu untuk menerimanya.
...akhirnya kamu akan kecewa dan meninggalkannya
Sedangkan jika kamu memaafkannya, boleh jadi hubungan kamu akan terus hingga ke akhir hayat....
Jika kamu telah memiliki sepiring nasi, punyamu pastilah yang terbaik untuk dirimu mengenyangkan dan berkhasiat.
Mengapa kamu lengah, mencoba mencari makanan yang lain..
Terlalu ingin mengejar kelezatan.
Kelak, nasi itu akan basi dan kamu tidak boleh memakannya.
Dan kamu akan menyesal.
Begitu juga jika kamu telah bertemu dengan seorang kekasih.....
kekasihmu itu pasti membawa kebaikan kepada dirimu.
Menyayangimu dan mengasihimu. ..
Mengapa kamu berlengah, mencoba membandingkannya dengan yang lain.
Mungkin tanpa sadar kamu terlalu mengejar kesempurnaan.
Kelak, kamu akan kehilangannya apabila dia menjadi milik orang lain dan
Kamu juga yang akan menyesal.
Kamis, 16 Desember 2010
Apakah Doa membawa perubahan buatmu?
¤ Apakah DOA mengubah kondisi keuangan anda?
(*) Tidak, tidak selalu, tetapi DOA akan mengubah kepada siapa anda berharap untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari.
¤ Apakah DOA mengubah hati yang hancur atau tubuh yang fana?
(*) Tidak, tidak selalu, tetapi DOA akan mengubah sumber kebahagiaan & kekuatan anda.
¤ Apakah DOA mengubah apa yang kau butuhkan dan inginkan?
(*) Tidak, tidak selalu, tetapi DOA akan mengubah apa yang anda butuhkan menjadi sesuai dengan apa yang Tuhan inginkan.
¤ Apakah DOA mengubah penyesalan masa lalu?
(*) Tidak, tidak selalu, tetapi DOA akan mengubah harapan masa depan anda.
¤ Apakah DOA mengubah orang disekitar anda?
(*) Tidak, tidak selalu, tetapi DOA akan mengubah ANDA! Masalah tidak selalu terletak dalam diri orang disekitar anda.
¤ Apakah DOA mengubah hidup anda dengan cara yang tidak dapat kau jelaskan? (*) Oh ya, selalu! DOA akan mengubah seluruh diri anda.
¤ Apakah DOA sungguh mengubah segala sesuatu ?
(*) DOA sungguh mengubah segala sesuatu.
¤ PRAYER CHANGES THINGS!
(*) Percayalah kepada TUHAN dengan segenap hatimu, dan janganlah bersandar kepada pengertianmu sendiri.
(*) Tidak, tidak selalu, tetapi DOA akan mengubah kepada siapa anda berharap untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari.
¤ Apakah DOA mengubah hati yang hancur atau tubuh yang fana?
(*) Tidak, tidak selalu, tetapi DOA akan mengubah sumber kebahagiaan & kekuatan anda.
¤ Apakah DOA mengubah apa yang kau butuhkan dan inginkan?
(*) Tidak, tidak selalu, tetapi DOA akan mengubah apa yang anda butuhkan menjadi sesuai dengan apa yang Tuhan inginkan.
¤ Apakah DOA mengubah penyesalan masa lalu?
(*) Tidak, tidak selalu, tetapi DOA akan mengubah harapan masa depan anda.
¤ Apakah DOA mengubah orang disekitar anda?
(*) Tidak, tidak selalu, tetapi DOA akan mengubah ANDA! Masalah tidak selalu terletak dalam diri orang disekitar anda.
¤ Apakah DOA mengubah hidup anda dengan cara yang tidak dapat kau jelaskan? (*) Oh ya, selalu! DOA akan mengubah seluruh diri anda.
¤ Apakah DOA sungguh mengubah segala sesuatu ?
(*) DOA sungguh mengubah segala sesuatu.
¤ PRAYER CHANGES THINGS!
(*) Percayalah kepada TUHAN dengan segenap hatimu, dan janganlah bersandar kepada pengertianmu sendiri.
Langganan:
Postingan (Atom)