Sejak perkenalan tersebut. Hubungan mereka semakin dekat. Mereka sering pergi memancing bersama. Cinta melewatkan harinya bersama hito setiap hari. Mereka tak terpisahkan setiap harinya bersama. Hito tak menyadari kalau ia telah jatuh cinta pada gadis tersebut. Sedangkan cinta sebaliknya, ia tak pernah tau hubungan mereka semakin dekat dan akan semakin dekat melebihi apa yang ia pikir.
Ketika mereka terduduk di pesisir pelabuhan. Menunggu senja matahari terbenam
"Cinta apakah kamu begitu benci terhadap Negara kami?" Tanya Hito
"Hmm, awalnya mungkin. Tapi aku jadi percaya satu hal. Tidak semua orang itu jahat. Ada pula yang baik seperti kamu contohnya!"
"Senangnya aku denger kamu bilang gitu, hehehe!"
"Hito. Mau sampai kapan Negara kalian menjajah negeri kami?"
"Ntahlah. aku tidak tau. Urusan politik aku tidak terlalu suka. Aku lebih suka menjadi arsitek daripada mengayuh senjata. Beruntung ayahku diplomat, jadi tidak perlu perang. Ada beberapa temanku yang bahkan meninggal oleh perang. Karena itu sebenarnya aku benci terhadap peperangan. Kalau kamu Tanya kapan semua ini berakhir? Aku jawab secepatnya!!"
Cinta terlihat gembira mendengarkan ucapan Hito yang ternyata tidak seperti yang ia bayangkan. Hujan turun begitu deras, mereka pun mencari tempat berteduh, mereka berteduh disebuah rumah kedai makan yang sepi. Hito terlihat termenung melihat wajah cinta yang bersih . hujan telah menghapus kumal yang sengaja ia oleskan di wajahnya. Kecantikan alami yang membuat hati Hito terpersona. Mereka saling memandang. Dan tanpa sadar Hito memberikan ciuman yang disambut oleh cinta.
***
Sejak saat itu mereka menjadikan cinta dihati mereka semakin dalam. Cinta yang tak seharusnya terjadi antara penjajah dan budak tanah. Namun semua itu mereka buang jauh jauh. Hubungan itu menjadi rahasia. Hito mulai semakin sungguh sungguh. Ia mulai mengajak cinta menikah untuk ikut dengannya ke Jepang. Cinta hanya tersenyum
"Dasar aneh, aku ini orang miskin. Buat kalian mungkin hanya sebatas jenis binatang. Bagaimana bisa aku diterima sama orang tua kamu"
"Aku ga peduli. Aku mau kenalin kamu sama papaku. Dan aku mau kita nikah. Terus kita ke Jepang saja. "
Cinta hanya terperengah dengan kata kata pria yang ia cintai. Ia tak berharap banyak terhadap hubungan ini, namun Hito sungguh sungguh mengatakan cintanya pada sang ayah yang kontan geram. Hito membuat malu sang ayah yang diseganin bila mempunyai pacar seorang penduduk yang di jajah. Bagi mereka penduduk wanita di tempat ini hanya sebagai budak sex. Tidak lebih dari itu. Memang sang ayah telah mendengarkan rumor putranya yang pacaran dengan orang kampung. Ia tidak percaya, namun kali ini iya harus percaya.
Agar semakin tidak malu. Ia pun mengurung Hito dirumah. Sejak saat itu Hito menghilang dari hidup Cinta cukup lama. Dua bulan berlalu, Cinta selalu menunggu dipelabuhan sembari memancing ia hanya dapat menunggu dan merindukan sang kekasih tanpa pernah mendapatkan sebuah kabar apapun. Hito tak dapat melawan sang ayah. Ayah nya bahkan telah merencanakan putranya untuk menuju Singapore. Dimana tempat pamannya berada. Hito sadar ini petaka akhir baginya.
Ia tak ingin pergi dan berusaha mencari kesempatan untuk melarikan diri. Ia berhasil dan kabur menuju rumah Cinta. Rumah yang sederhana. Cinta sedikit panik melihat pria itu muncul dibawah guyuran hujan yang cukup besar. Ia memberikan tempat dirumahnya untuk membiarkan pria itu menghangatkan tubuh.
"Cinta aku harus pergi. Ayah mau kirim aku ke Singapore. Mungkin tidak ada waktu lagi untuk aku disini.. malam ini mari kita lari. Aku sudah atur rencana untuk naik perahu menuju borneo. Disana kita hidup baru, gimana?"
"Tapi.. " Cinta menatap wajah ibu dan ayahnya.
Sang ibu mendekati anaknya. Dan berbisik
"Cinta. Jangan pedulikan ayah dan ibu yang sudah tua. Kami telah siap kapan saja untuk kembali ke sisinya. Tapi kami akan lebih bahagia bila kamu menemukan kehidupan yang lebih indah daripada kisah kami. Jadi pergilah!"
Cinta tak kuasa menahan tangis. Ia pun memeluk sang ibu. Dan akhirnya memutuskan untuk pergi bersama sang kekasih. Ibunya menghadiahkan sebuah jas hujan yang terbuat dari kalung. Kepada dua orang tersebut. Dibawah hujan yang lebat mereka pun segera menuju pelabuhan dengan cepat namun tanpa mereka sadari pelarian mereka diketahui sang ayah. Pegawai tentara sang ayah telah menjaga setiap sudut. Untuk menghentikan putranya lari lebih jauh.
Cinta memang terampil dalam mencari jalan di pelabuhan. Ia berhasil melewati beberapa penjagaan ketat. Dan akhirnya mereka sampai di sebuah perahu yang telah siap pergi membawa penduduk menuju Borneo dimana mereka akan dipekerjakan sebagai buruh emas. Hito menatap kejanggalan dalam perjalanan tersebut, perahu belum berjalan untuk waktu yang lama, dan beberapa orang menaiki perahu dengan wajah bingal, akhirnya kecurigaan tersebut memang benar. Orang orang yang terakhir menaiki perahu tersebut melupakan orang suruhan sang ayah. Ia sadar kapan saja Cinta bisa terbunuh. Ia melepaskan jas hujan yang ia miliki
"Cinta maaf ya aku ga bis pergi sekarang. Kamu pergi sendiri saja. Aku nanti nyusul kamu disana. Tunggu aku ya.."
"Tapi!"
"Ada beberapa orang suruhan ayah yang bersama kita dikapal ini. Aku ga mau terjadi apapun sama kamu. Aku akan kembali mengajak mereka semua. Setelah itu aku akan mencari jalan untuk mencari kamu. Ok!"
Hito memberikan ciuman kepada Cinta untuk terakhir kali. Cinta tampak memegangin jas hujan yang ia Hito berikan. Kemudian Hito memberikan aba-aba kepada orang suruhan sang ayah untuk ikut turun dengannya. Setelah Hito turun, perahu mulai berjalan. Cinta menatap wajah sang kekasih dengan air mata. Hito tak pernah menangis sejak ia menemukan Cinta. Kali ini ia menangis. Bahkan tangis ini adalah tangis pertama baginya. Disaat ibunya meninggal bahkan ia tidak menangis.
"Cinta tunggu aku disana. Di pelabuhan.. tunggu aku.. aku akan datang padamu" teriak Hito kencang ke arah perahu yang berjalan semakin jauh
"Hito.. aku akan tunggu kamu. Sampai kapanpun. Aku akan tunggu kamu.. pasti!!" teriak Cinta kencang dengan air mata.
Dan itu menjadi pertemuan terakhir Cinta yang akhirnya terdampar di pantai Singkawang, Kalimantan barat. Disana ia beruntung mendapatkan uang yang terselip di jas hujan Hito yang cukup banyak hingga ia bisa membuka usaha rumah makan kecil. Ia pun menunggu tanpa pernah berhenti setiap harinya. Ia menerukan hidupnya dengan penantian. Ntah mengapa setiap hujan ia selalu berlari keluar rumahnya dengan jas hujan. Ia selalu teringat Hito yang datang padanya dengan wajah basah kuyub.
Harapan menunggu semakin tipis ketika Jepang kalah perang dengan Amerika. Mereka pun meninggalkan bumi pertiwi. Namun Cinta tidak pernah putus asa menunggu.
Kembali ke masa depan
Edison terharu mendengarkan kisah nenek tua bernama Cinta tersebut. Hujan telah berhenti. Kemudian ia bertanya satu hal pada nenek.
"Nenek kalau andai saja bisa ketemu sama kakek. Nenek mau ngapain?"
"Kamu mau tau aja urusan nenek. Ada deh. Rahasia!"
"Waduh nenek emang gaul abis ya.. nama kakek Hito apa sih?"
"Hito Harasaki.. kalau nenek ga salah denger ya. Dia itu di Nagasaki asalnya!"
"Wah.. bentar lagi aku mau ke Nagasaki. Aku dapat beasiswa loh kesana!"
"kok bisa. kamu ga ada tampang pinter gitu," ledek nenek
"Dasar..ya uda lah aku mau pulang , hujan uda berhenti.. kalau aku sempat kapan kapan aku mau datang kemari lagi ya!"
"Iya iya.. !"
"Nek. Satu pertanyaan lagi ya..?"
"Aduh banyak amet sih tanyannya.. ga cape ya?"
"Ih.. penting neh. Aku mau Tanya. Perasaan nenek mengatakan kakek itu sekarang gimana.?"
"Maksudnya uda meninggal apa belom. Gitu kan?"
"Hehehe.. maaf , iya maksudnya gitu"
Nenek terdiam sejenak dan memperhatikan jas hujan yang dikenakan oleh Edison.
"Nenek berharap dia masih hidup, setidaknya sampai nenek bisa mengatakan satu hal yang nenek tidak pernah bisa ungkapkan!"
"Apa itu?"
"Cintanya adalah cinta terakhir untuk nenek.."
Edison begitu terharu mendengarkan kesetiaan sang nenek. Beberapa bulan kemudian ia pergi menuju Nagasaki dan mengawali hidupnya dengan berwisata di kota ujung utara jepang tersebut. Secara tak sengaja ia pergi menuju monument bom atom yang akhirnya membuat perang dunia berakhir. Disana terlihat banyak sekali tulisan nama nama korban yang dikenang sebagai sejarah dunia. Dan salah satunya tertulis nama
Hito harasaki 1930 -1945
Edison terdiam memberikan penghormatan pada altar tersebut. Ia tak sanggup mengatakan kepada sang nenek jika cinta terakhirnya telah meninggal sejak 60 tahun lalu. Dan kisah cinta tarakhir sang nenek begitu indah hingga menyentuh air matanya untuk menangis.
Tamat
Rabu, 10 November 2010
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
;( kasihan
BalasHapus